Design by Theme Junkie | Blogger Template by NewBloggerThemes.com

Mau Nyari Apa?

Cari Disini Ya!

IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan)

Loading...

#blog-pager{font-size:normal}.showpageArea{font-family:verdana,arial,helvetica;color:#000;font-size:11px;margin:10px}.showpageArea a{color:#000;text-shadow:0 1px 2px #fff;font-weight:normal}.showpageNum a{padding:2px 8px;margin:0 4px;text-decoration:none;border-bottom:2px solid #5fb404;border-top:2px solid #5fb404;background:#effbf5}.showpageNum a:hover{border-bottom:2px solid #df01d7;background:#a9f5f2;border-top:2px solid #df01d7}.showpageOf{margin:0 4px 0 0}.showpagePoint{color:#fff;text-shadow:0 1px 2px #333;padding:2px 8px;margin:2px;font-weight:700;border-bottom:2px solid #5e610b;border-top:2px solid #5e610b;background:#5e610b;text-decoration:none}
Diberdayakan oleh Blogger.

Berlangganan

Blogger templates

Blogroll

Belajar Ekonomi; Biaya Peluang atau Opportunity Cost

  Menurut Paul A. Samuelson, Economics is the science of choice . Dalam setiap keputusan yang muncul di depan kita, apakah memutuskan untuk ...

Kamis, 16 Juni 2022

Belajar Ekonomi; Elastisitas

by: Satrio Wijoyo

Pernahkah anda belanja untuk membeli barang yang anda sukai di suatu pasar, kemudian setelah dicek ternyata barang yang anda sukai tadi naik harganya? Disinilah anda mengalami dilema, apakah tetap membeli atau tidak? dalam teori ekonomi mikro, perkara ini dibahas secara mendalam dalam sebuah bab. Bab tersebut adalah Bab Elastisitas Harga.

Konsep elastisitas dapat dijelaskan menggunakan logika kesetiaan dalam hal tanggapan atau respons terhadap perubahan. Elastisitas mengukur sejauh mana suatu benda atau sistem dapat berubah atau beradaptasi sebagai tanggapan terhadap perubahan pada faktor-faktor eksternal.

Mari kita gunakan analogi kesetiaan dalam hubungan antara pelanggan dan penjual dalam sebuah toko. Ketika harga suatu produk naik, seberapa banyak pelanggan tetap setia dan melanjutkan pembelian di toko tersebut? Sebaliknya, jika harga turun, seberapa banyak pelanggan baru tertarik dan beralih ke toko tersebut?

Dalam hal ini, elastisitas harga mengacu pada seberapa responsifnya pelanggan dalam merespons perubahan harga. Jika pelanggan sangat setia dan tidak terlalu terpengaruh oleh perubahan harga, elastisitas harga rendah. Dalam hal ini, perubahan harga tidak secara signifikan memengaruhi tingkat permintaan atau kesetiaan pelanggan.

Namun, jika pelanggan sangat sensitif terhadap perubahan harga, elastisitas harga tinggi. Ketika harga naik, pelanggan cenderung beralih ke toko lain yang menawarkan harga lebih murah. Sebaliknya, ketika harga turun, pelanggan baru tertarik dan berpindah ke toko tersebut. Dalam hal ini, perubahan harga berdampak signifikan pada tingkat permintaan dan kesetiaan pelanggan.

Dengan demikian, elastisitas memahami logika kesetiaan dalam hal respons terhadap perubahan. Semakin responsif pelanggan terhadap perubahan dalam faktor-faktor seperti harga, pendapatan, atau preferensi, semakin tinggi elastisitasnya. Sebaliknya, semakin sedikit respons yang terjadi, semakin rendah elastisitasnya.

Dalam konsep Elastisitas Harga ada barang yang masuk dalam sifat Inelastis Sempurna. Suatu barang yang masuk dalam kategori Inelastis Sempurna memiliki nilai elastisitas sama dengan nol. Artinya, perubahan kenaikan harga berapapun tidak akan membuat seseorang mengurangi konsumsinya terhadap suatu barang. Atau kita sebut konsumen tersebut sangat setia terhadap barang tersebut.

Misal, Ustadz Rasyid Baswedan sangat menyukai pomade merk syifa hair. Setiap bulannya Ustadz Rasyid biasa membeli sebanyak 2 pcs di harga Rp5.000,00 per pcs. Bulan depan ketika hendak membeli lagi, harga pomadenya naik menjadi Rp20.000 per pcs. Kenaikan harga tadi ternyata tidak mempengaruhi keputusan Ustadz Rasyid untuk membeli pomade tersebut, beliau tetap membeli 2 pcs sama seperti bulan sebelumnya. Inilah kategori barang yang memiliki sifat inelasis sempurna, konsumen sangat setia terhadap barang tersebut.

Mari kita coba kaitkan konsep kesetiaan ini dengan konsep kesetiaan terhadap Tuhan. Konsep kesetiaan terhadap Tuhan adalah konsep yang berkaitan dengan hubungan spiritual dan religius seseorang dengan Tuhan atau kepercayaan agamanya. Sementara itu, elastisitas harga yang sifatnya inelastis sempurna mengacu pada situasi di mana perubahan harga tidak berdampak pada tingkat permintaan atau kesetiaan pelanggan.

Meskipun konsep ini berbeda dalam konteksnya, kita dapat menarik sebuah analogi untuk menghubungkannya. Analogi ini lebih pada tingkat kesetiaan yang tidak tergoyahkan terhadap suatu kepercayaan atau keyakinan, seperti kesetiaan yang tak tergoyahkan terhadap Tuhan.

Ketika seseorang memiliki kesetiaan yang tak tergoyahkan terhadap Tuhan, artinya mereka memiliki keyakinan yang kuat dan teguh dalam agama atau kepercayaan mereka. Tidak ada perubahan atau perubahan eksternal yang dapat menggoyahkan iman mereka dalam Tuhan. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa kesetiaan mereka terhadap Tuhan memiliki sifat inelastis sempurna.

Demikian pula, dalam konteks elastisitas harga yang sifatnya inelastis sempurna, permintaan tidak terpengaruh oleh perubahan harga. Ini berarti konsumen tetap setia dan mempertahankan tingkat pembelian yang sama tanpa memperhatikan perubahan harga. Mirip dengan kesetiaan terhadap Tuhan, kesetiaan ini adalah kesetiaan yang kuat dan tak tergoyahkan terhadap produk atau layanan yang ditawarkan, tidak peduli dengan fluktuasi harga.

Namun, perlu diingat bahwa elastisitas harga yang sifatnya inelastis sempurna sangat jarang terjadi dalam praktek ekonomi. Mayoritas produk dan layanan memiliki tingkat elastisitas harga yang berbeda, di mana perubahan harga memengaruhi tingkat permintaan. Analogi ini hanya mencoba menggambarkan kesetiaan yang tak tergoyahkan terhadap Tuhan dengan konsep elastisitas harga yang sifatnya inelastis sempurna sebagai perbandingan yang lebih mudah dipahami.

Sebagai penutup silahkan jawab pertanyaan ini, seberapa besarkah nilai elastisitas (kesetiaanmu) kepada Tuhan yang menciptakanmu?

Wallahu a'lam bi sawab.

        Dalam dunia pengambilan keputusan, seseorang sering dihadapkan dengan berbagai pilihan. Baik itu dalam membeli produk, memilih menu makanan, atau bahkan membuat keputusan politik, proses pengambilan keputusan dapat menjadi sangat membingungkan. Untuk menyederhanakan proses ini, bisnis dan pemasar sering menggunakan berbagai teknik untuk mempengaruhi konsumen agar memilih pilihan tertentu. Salah satu teknik tersebut dikenal sebagai "Decoy Effect" atau "efek pemikat/pengalihan." Artikel ini akan menjelaskan konsep Decoy Effect, mekanisme yang mendasarinya, dan implikasinya bagi konsumen.

        Mari kita buat suatu permisalan sederhana. Pada suatu hari Ustadz Rasyid sedang menuju ke Syifa Mart, Ustadz Rasyid hendak belanja kebutuhan pribadinya. Setelah sampai di Rak sabun cuci pakaian, Ustadz Rasyid Anies memutuskan memilih merk Syifa Clean, namun ada beberapa pilihan yang di tawarkan oleh Sabun Merk Syifa Clean. Berikut pilihannya.

Pilihan 1, dengan harga Rp 7.000,00 berat 50 ML

Pilihan 2, dengan harga Rp17.000,00 berat 125 ML

Pilihan 3, dengan harga Rp19.000 berat 150 ML





        Decoy Effect, juga dikenal sebagai "efek dominasi asimetris" atau "efek daya tarik," terjadi ketika adanya opsi ketiga yang kurang menguntungkan mempengaruhi preferensi antara dua opsi yang sudah ada sebelumnya. Opsi pengalih ini secara khusus dirancang untuk mengarahkan individu menuju pilihan tertentu dengan membuatnya terlihat lebih menarik dibandingkan yang lain.

        Pada awalnya, barang yang dijual hanya ada dua pilihan. Pilihan dengan harga Rp7.000,00 berat 50 ML dan Pilihan dengan harga Rp19.000,00 berat 150 ML. Dari kedua pilihan yang ada, Ustadz Rasyid tanpa ragu selalu memilih yang harga Rp 7.000,00 dengan berat 50 ML. Maklum masih jomblo, jadi cukup pemakaian segitu.

        Namun setelah muncul pilihan yang kedua, harga Rp17.000,00 berat 125 ML. Ustadz Rasyid merasa bahwa jika beli yang harga Rp19.000,00 dengan berat 150 ML lebih untung. Secara dari berat 125 ML yang harganya Rp17.000,00 cuman selisih Rp2000,00 jika memilih yang berat 150 ML.

“Untung ini kalo beli yang 150 ML” pikir ustadz Rasyid

        Decoy Effect bergantung pada bias kognitif dan heuristik yang mempengaruhi pengambilan keputusan. Salah satu faktor kunci yang terlibat adalah fenomena pemikiran relatif. Ketika diberikan beberapa pilihan, orang cenderung menilai dan membandingkannya berdasarkan perbedaan relatif daripada nilai absolut. Opsi pengalih dirancang secara hati-hati untuk menciptakan efek kontras, sehingga membuat salah satu opsi asli terlihat lebih menarik.

        Decoy Effect sering digunakan dalam strategi pemasaran dan bisnis untuk mempengaruhi pilihan konsumen. Perusahaan sering merancang dengan cermat lini produk atau struktur harga mereka untuk memanfaatkan efek ini. Dengan memperkenalkan opsi pengalih secara hati-hati, mereka dapat mengarahkan konsumen menuju pilihan tertentu yang memaksimalkan keuntungan mereka. Sebagai contoh lainnya, sebuah bioskop mungkin menawarkan popcorn kecil seharga Rp50.000,00, popcorn sedang seharga Rp70.000,00, dan popcorn besar seharga Rp80.000,00. Popcorn besar dalam contoh yang ini hal ini berfungsi sebagai opsi pengalih untuk membuat popcorn sedang terlihat lebih bernilai, sehingga lebih banyak pelanggan memilih opsi sedang.

        Memahami Decoy Effect memberikan kekuatan kepada konsumen untuk membuat keputusan yang lebih terinformasi. Dengan mengenali kehadiran opsi pengalih, individu dapat secara kritis mengevaluasi pilihan mereka dan menghindari pengaruh taktik pemasaran yang manipulatif. Penting untuk mempertimbangkan fitur, manfaat, dan nilai dari setiap opsi secara independen daripada hanya mengandalkan perbandingan relatif.

        Decoy Effect menunjukkan cara halus di mana pilihan dapat dipengaruhi, sehingga individu membuat keputusan yang sebelumnya mungkin tidak akan mereka ambil. Dengan memahami mekanisme yang mendasarinya dan menyadari bias kognitif ini, konsumen dapat melindungi diri dari manipulasi dan membuat pilihan yang sesuai dengan preferensi dan kebutuhan mereka. Penting bagi individu untuk mendekati pengambilan keputusan dengan pikiran kritis, mempertimbangkan semua opsi yang tersedia secara independen, dan mengevaluasinya berdasarkan nilai masing-masing.

        Dalam pemahaman Islam, kita harus meyakini bahwa setiap barang apapun yang kita beli kelak akan dihisab oleh Allah ta’ala. Penting bagi kita umat Islam untuk memastikan bahwa barang yang kita beli memang betul-betul kita butuhkan dan kita tidak termasuk kategori orang-orang yang boros dalam membelanjakan hartanya.

        Ada nasihat terbaik yang disampaikan oleh Ustadz Adi Hidayat, seorang ulama besar negeri ini dari Muhammadiyah. Beliau pernah menyampaikan dalam ceramahnya bahwa ketika beliau membeli suatu barang, misal baju futsal. Maka beliau akan memastikan pemakaian pertama kali baju futsal tersebut adalah untuk Sholat, beliau menggunakan baju futsal tadi sebagai dalaman baju gamis yang beliau pakai. Sehingga menurut beliau, kelak hisabnya semoga dimudahkan oleh Allah ta’ala karena penggunaan pertama kali barang yang dibeli untuk bersujud kepada Allah ta’ala.

        Mari kita berlindung kepada Allah ta’alla dari sifat-sifat orang kikir dan orang-orang yang boros dalam membelanjakan hartanya. Wallahu a'lam bi sawab.