Bangga Dengan tugasmu
Oleh : Wijoyo Satrio
Pukul 11:00 Siang Hari
“Panas
sekali rasanya, kulit serasa melepuh”
“udah
wo, panas segini belum ada apa-apanya. Kamu belum pernah ke Kampus Wanareja ya,
coba kesana dulu. Kamu bakal tau arti panas yang sebenarnya” celetuk Hendra
kepada Bowo
Hendra
dan Bowo. Dua orang yang telah bersahabat sejak zaman SMA dulu, dan ketika
kerja pun mereka tetap bersahabat. Mereka bekerja di tempat yang sama, di
Yayasan Assyifa Al Khoeriyyah Subang. Pertemanan mereka semakin erat karena
mereka tinggal bersama dalam satu rumah dinas (rumdis) yang sama.
“lah
ini gimana gak panas wo, jam 11 siang gini depan kita kompor segede gaban”. Celetuk salah seorang pegawai disamping Bowo
yang sedari tadi masih ngaduk-ngaduk sop ayam
“betul
tuh, kang Dirman emang TOP dah, selalu dukung saya”.
“udah,
udah, stop bicaranya. Sebentar lagi
waktunya makan siang. Jangan sampe karena ngobrol jadi telat matang masakannya”
“siap
ndan, ayok.ayok kerja lagi kerja lagi” kompak seru para staff di dapur
“ssst,
ssst, wo sini wo, saya kasih tahu sesuatu”.
“apaan
si ndra, kerja ndra kerja. Ngapain bisik-bisik. Kena semprot boss Dadan lagi kapok
kamu”.
“yaelah,
ini masalah penting”.
“inget
gak kemarin malem kita diskusiin tentang kasus beberapa murid yang kena maag
dan tifus?”
“kenapa
emang?”
“denger-denger
itu karena mereka pas malem pada gak mau makan wo, katanya menu malem
masakannya gak enak-enak”.
“lah,
yang masak shift malem kan elu trus
wo” sambung kang Dirman yang ikut nimbrung pembicaraan Bowo dan Hendra
Deg,
shock Bowo denger kabar tersebut.
“waduh,
bakal ketiban sial ni kalo saya yang jadi tertuduh penyebab murid-murid pada
sakit” batin Bowo
Sudah
hampir sebulan ini Bowo yang bertanggung jawab memasak untuk shift malam. Teman-teman lainnya
mempercayakan kepada Bowo untuk shift malam
karena memang Bowo yang memintanya sendiri. Dan teman-teman lainnya pun
langsung setuju pas Bowo minta masak di shift
malam.
Dari
Siang sampai sore hari Bowo masih kepikiran dengan hal tadi. Bowo benar-benar
ketakutan. Bowo takut disuruh tanggung jawab dengan membayar semua biaya rumah
sakit. Pusing kepala Bowo, uang dari mana ini.
Karena
masalah murid yang sakit sebab tidak mau makan benar-benar membuat Bowo
kefikiran hingga tidak bisa tidur. Sudah 6 hari ini Bowo ijin tidak masuk kerja
dengan alasan tidak enak badan.
“Mana
Bowo, panggil kesini dia” celetuk pak Dadan kepada semua staff dapur yang ada
di bawah tanggungjawabnya.
“Bowo
masih belum masuk pak, gak enak badan katanya”
“yasudah,
nanti kalo kamu pulang ke rumdis, bilangin ke Bowo, Bowo dipanggil HRD”
“ya
pak”
“Wah,
ada apa ini, tumben-tumben Bowo dicariin HRD.
Mau dipecat kali yak” diskusi terjadi diantara staff dapur.
“bentar
deh, saya ke rumdis bentar, nyampein kabar ini. Kasian Bowo kalo belum tau.
Nanti dikiranya Bowo ngindarin HRD” celetuk Hendra kepada yang lainnya
Sesampainya di Rumdis
“wo,
wo, bowo bangun wo, tidur terus kamu”
“kenapa
si ndra, aku kan lagi gak enak badan. Harus istirahat ini”
“ada
berita penting ini. Kamu dipanggil HRD wo”
Deg,
Shock lagi si Bowo. Hampir-hampir copot jantung si Bowo. Seumur-umur Bowo belum
pernah berurusan dengan pihak HRD. Bahkan jaman sekolah dulu pun, Bowo gak
pernah terlibat persoalan apapun yang sampai menyebabkan dia dipanggil pihak
sekolah. Ini pertama kalinya nya dia dipanggil. Takut dia.
“waduh,
gawat ini. Pecat ini mah ujungnya”
“huss,
ngomong apa kamu wo. Belum tentu wo. Sana cepet ke HRD, masih sempet seharusnya
sekarang”
“aku
belum mandi dari pagi ndra, gimna ya?”
“yasudah,
mandi gih, dasar”.
Dengan
buru-buru Bowo mendatangi kantor HRD
“udah
ya wo, aku nganter sampe sini aja, aku balik dapur lagi”
“iya
ndra, doain yah”
Kantor HRD
“Tok.Tok.Tok
Assalamualaikum”
“waalaiku
m salam, oh Bowo. Sini masuk Bowo, duduk”.
“iya
pak, permisi ya pak, saya duduk ya pak”.
Perasaan
cemas dan bingung terpancar di wajah Bowo. Pak Mulyadi selaku kepala HRD jelas
memahami hal ini. Pak Mulyadi sudah sangat terbiasa membaca gesture dan mimik seseorang.
“hmm,
begini pak Bowo. Apakah pak Bowo tau kenapa saya panggil? Coba menurut pak Bowo
ini perihal masalah apa? Saya sudah banyak dapat laporan ini, saya kira lebih
baik pak Bowo jujur saja, karena ini menyangkut keberlangsungan kita bersama”
Deg,
jantung berdegup kencang. Kalut pikiran Bowo. “wah, bener ni kayaknya. Bakal
dipecat ni bau-baunya” batin Bowo dalam
hati
“maaf
pak, semua ini memang salah saya, saya yang masak pak untuk shift malam. Ampun pak, saya gak punya
uang buat ganti biaya rumah sakit. Kasih saya keringanan pak”. Rengek Bowo pada
pak Mulyadi
“maksudmu?
Keringanan? Keringanan apa ya Bowo?”
“jangan
pak, jangan pecat saya pak. Kasih saya keringanan” rengek Bowo lagi
Bingung
sekarang tergambar di wajah pak Mulyadi. “kenapa ni anak, kenapa tiba-tiba
minta jangan dipecat. Sepertinya ada hal yang aneh”. Batin pak Mulyadi
“yasudah
Bowo, sini ceritakan, kenapa ini? Ada apa ini?”. Tanya pak Mulyadi
“maaf
pak, banyak murid yang terkena sakit maag dan tifus karna selama beberapa bulan
ini mereka tidak mau makan. Saya sudah mencoba memasak sebisa saya pak. Saya
juga sudah mencicipi masakan saya, saya kira lezat. Saya gak tau kalo selera murid
tidak cocok dengan masakan saya”.
“Hahahahahaha...
Bowo.Bowo.. “ tawa pak Mulyadi diselingi dengan geleng-geleng kepala
“lah,
bapak kok malah tertawa, saya sedang buat pengakuan dosa pak. Maafkan saya pak.
Jangan suruh saya untuk tanggung jawab”.
“bentar-bentar
Bowo, saya harus luruskan dulu. Sepertinya ada kesalahpahaman. Begini wo, saya
memanggil kamu kesini karena justru saya ingin memberi apresiasi kepada kamu wo”.
“eh???”
heran Bowo mendengar perkataan pak Mulyadi
“begini
Bowo, bener setiap malam selama sebulan ini kamu terus yang selalu masak?”
“iya
pak betul”.
“syukur
kalo begitu, begini wo. Kedepan kalo masak jangan terlalu enak ya. Saya
mendapat laporan kalo selama sebulan ini banyak murid yang berebut makan pas
malam hari. Dan banyak murid yang mengambil jatah diluar jatah yang seharusnya,
akibatnya ada beberapa murid yang memang tidak kebagian, dan seperti yang kita
ketahui bersama. Banyak diantara mereka terkena maag dan ada beberapa yang
tifus juga. Memang susah kan disini kalo nyari makan malam-malam. Akibatnya
merek memilih kelaparan di malam hari”.
“ehhhhhh?”.
Melongo Bowo mendengar pernyataan pak Mulyadi tersebut
“Hahaha,,,
dan saya memanggil kamu kesini juga bukan untuk mecat kamu Bowo, justru saya
ingin memberi tugas dan tanggung jawab tambahan kepada kamu”
“apa
itu pak?”
“jadi
begini, nanti kamu akan diberi tanggung jawab sebagai quality control setiap masakan. Dan kami ingin kamu memberi
pelatihan mengenai cita rasa kepada staff
dapur yang lainnya”
“tugas
saya tambah banyak dong pak?”
“tenang
Bowo, nanti ada intensif lebih untuk kamu. Gimana? Apa kamu mau?”
“masyaAlloh,
alhamdulillah. Iya pak, iya, saya mau deh pak”.
“syukur
kalo begitu”.
Dari
awal hingga akhir bowo selalu menunduk ketika berbicara dengan pak Mulyadi,
Bowo merasa enggan untuk mendongak ketika berbicara.
“uia
Bowo, kedepan, ketika kita berbicara, kamu tidak perlu menundukkan wajahmu,
angkat saja wajahmu”.
“maaf
pak, saya enggak enak, takut gak sopan, bapak kan kepala HRD, jabatan penting”.
“kamu
juga punya jabatan penting Bowo, kamu dan rekan-rekanmu didapur punya andil
besar dalam kelangsungan pembelajaran dan aktivitas di yayasan kita’
“tidak
sebesar itu pak, kami hanya team supporting”
“semua
unit itu punya andil yang besar Bowo, penting sekali agar masing-masing unit
dapat menjalankan tugasnya. Bisa kamu bayangkan Bowo, jika pegawai dapur mogok
kerja selama seminggu saja. Kacau nanti semua aktivitas kita, begitu juga tim supporting yang lain, kebersihan, driver dan lain sebagainya. Semua unit
penting dan puya andil dalam kemajuan yayasan kita. Saya kira kamu harus bangga
untuk itu Bowo”.
“saya
tidak kepikiran sampai sejauh itu pak”.
“ya
begitulah Bowo. Apakah kamu tau Bowo, dengan masakan yang kamu dan teman-teman dapur
masak, para murid jadi memiliki tenaga untuk menghafal ayat-ayat suci, kami
semua juga sama. Mempermudah kami dalam menjalankan amanah kami dalam kerja dan
tentu dalam ibadah juga”.
“bisa
kamu bayangkan Bowo, berapa banyak bagian pahala yang kamu dan tim dapurmu
peroleh?”
“masyaAlloh,
saya tidak pernah memikirkan itu pak, sepertinya banyak”.
“untuk
itu berbanggalah Bowo, tidak perlu menunduk lagi nanti ya pas ketemu atau
ngobrol dengan saya. Atau dengan unit lainnya”.
“wah,
siap pak.”
“ya
bagus-bagus. Silahkan balik lagi ketempatmu Bowo”
Bowo
keluar dari ruang HRD dengan wajah sumringah. Hari itu berakhir dengan baik,
untuk semua orang.
“eh
bowo, tunggu sebentar, ada yang kelupaan. Masalah kamu ijin seminggu ini. Lama
sekali ini”. Panggil pak Mulyadi seketika
“waduh,
lupa saya, sudah seminggu ini saya hanya di rumdis, saking takutnya suruh bayar
uang rumah sakit. Wah, kalo begini, beneran bisa dipecat ini gara-gara seminggu
gak masuk kerja”. Batin bowo dalam hati
Masuk
lagi bowo ke dalam ruang HRD. Satu kata dari pak Mulyadi, besok-besok harus
berani menghadapi masalah ya, jangan ngumpet.
“ya
pak” teriak Bowo dengan sumringah. SELESAI.
0 komentar:
Posting Komentar