Design by Theme Junkie | Blogger Template by NewBloggerThemes.com

Mau Nyari Apa?

Cari Disini Ya!

IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan)

Loading...

#blog-pager{font-size:normal}.showpageArea{font-family:verdana,arial,helvetica;color:#000;font-size:11px;margin:10px}.showpageArea a{color:#000;text-shadow:0 1px 2px #fff;font-weight:normal}.showpageNum a{padding:2px 8px;margin:0 4px;text-decoration:none;border-bottom:2px solid #5fb404;border-top:2px solid #5fb404;background:#effbf5}.showpageNum a:hover{border-bottom:2px solid #df01d7;background:#a9f5f2;border-top:2px solid #df01d7}.showpageOf{margin:0 4px 0 0}.showpagePoint{color:#fff;text-shadow:0 1px 2px #333;padding:2px 8px;margin:2px;font-weight:700;border-bottom:2px solid #5e610b;border-top:2px solid #5e610b;background:#5e610b;text-decoration:none}
Diberdayakan oleh Blogger.

Berlangganan

Blogger templates

Blogroll

Belajar Ekonomi; Biaya Peluang atau Opportunity Cost

  Menurut Paul A. Samuelson, Economics is the science of choice . Dalam setiap keputusan yang muncul di depan kita, apakah memutuskan untuk ...

Jumat, 15 Oktober 2021

Bangga Dengan tugasmu

Oleh : Wijoyo Satrio


Pukul 11:00 Siang Hari

“Panas sekali rasanya, kulit serasa melepuh”

“udah wo, panas segini belum ada apa-apanya. Kamu belum pernah ke Kampus Wanareja ya, coba kesana dulu. Kamu bakal tau arti panas yang sebenarnya” celetuk Hendra kepada Bowo

Hendra dan Bowo. Dua orang yang telah bersahabat sejak zaman SMA dulu, dan ketika kerja pun mereka tetap bersahabat. Mereka bekerja di tempat yang sama, di Yayasan Assyifa Al Khoeriyyah Subang. Pertemanan mereka semakin erat karena mereka tinggal bersama dalam satu rumah dinas (rumdis) yang sama.

“lah ini gimana gak panas wo, jam 11 siang gini depan kita kompor segede gaban”.  Celetuk salah seorang pegawai disamping Bowo yang sedari tadi masih ngaduk-ngaduk sop ayam

“betul tuh, kang Dirman emang TOP dah, selalu dukung saya”.

“udah, udah, stop bicaranya. Sebentar lagi waktunya makan siang. Jangan sampe karena ngobrol jadi telat matang masakannya”

“siap ndan, ayok.ayok kerja lagi kerja lagi” kompak seru para staff di dapur

“ssst, ssst, wo sini wo, saya kasih tahu sesuatu”.

“apaan si ndra, kerja ndra kerja. Ngapain bisik-bisik. Kena semprot boss Dadan lagi kapok kamu”.

“yaelah, ini masalah penting”.

“inget gak kemarin malem kita diskusiin tentang kasus beberapa murid yang kena maag dan tifus?”

“kenapa emang?”

“denger-denger itu karena mereka pas malem pada gak mau makan wo, katanya menu malem masakannya gak enak-enak”.

“lah, yang masak shift malem kan elu trus wo” sambung kang Dirman yang ikut nimbrung pembicaraan Bowo dan Hendra

Deg, shock Bowo denger kabar tersebut.

“waduh, bakal ketiban sial ni kalo saya yang jadi tertuduh penyebab murid-murid pada sakit” batin Bowo

Sudah hampir sebulan ini Bowo yang bertanggung jawab memasak untuk shift malam. Teman-teman lainnya mempercayakan kepada Bowo untuk shift malam karena memang Bowo yang memintanya sendiri. Dan teman-teman lainnya pun langsung setuju pas Bowo minta masak di shift malam.

Dari Siang sampai sore hari Bowo masih kepikiran dengan hal tadi. Bowo benar-benar ketakutan. Bowo takut disuruh tanggung jawab dengan membayar semua biaya rumah sakit. Pusing kepala Bowo, uang dari mana ini.

Karena masalah murid yang sakit sebab tidak mau makan benar-benar membuat Bowo kefikiran hingga tidak bisa tidur. Sudah 6 hari ini Bowo ijin tidak masuk kerja dengan alasan tidak enak badan.

“Mana Bowo, panggil kesini dia” celetuk pak Dadan kepada semua staff dapur yang ada di bawah tanggungjawabnya.

“Bowo masih belum masuk pak, gak enak badan katanya”

“yasudah, nanti kalo kamu pulang ke rumdis, bilangin ke Bowo, Bowo dipanggil HRD”

“ya pak”

“Wah, ada apa ini, tumben-tumben Bowo dicariin HRD.  Mau dipecat kali yak” diskusi terjadi diantara staff dapur.

“bentar deh, saya ke rumdis bentar, nyampein kabar ini. Kasian Bowo kalo belum tau. Nanti dikiranya Bowo ngindarin HRD” celetuk Hendra kepada yang lainnya

Sesampainya di Rumdis

“wo, wo, bowo bangun wo, tidur terus kamu”

“kenapa si ndra, aku kan lagi gak enak badan. Harus istirahat ini”

“ada berita penting ini. Kamu dipanggil HRD wo”

Deg, Shock lagi si Bowo. Hampir-hampir copot jantung si Bowo. Seumur-umur Bowo belum pernah berurusan dengan pihak HRD. Bahkan jaman sekolah dulu pun, Bowo gak pernah terlibat persoalan apapun yang sampai menyebabkan dia dipanggil pihak sekolah. Ini pertama kalinya nya dia dipanggil. Takut dia.

“waduh, gawat ini. Pecat ini mah ujungnya”

“huss, ngomong apa kamu wo. Belum tentu wo. Sana cepet ke HRD, masih sempet seharusnya sekarang”

“aku belum mandi dari pagi ndra, gimna ya?”

“yasudah, mandi gih, dasar”.

Dengan buru-buru Bowo mendatangi kantor HRD

“udah ya wo, aku nganter sampe sini aja, aku balik dapur lagi”

“iya ndra, doain yah”

Kantor HRD

“Tok.Tok.Tok Assalamualaikum”

“waalaiku m salam, oh Bowo. Sini masuk Bowo, duduk”.

“iya pak, permisi ya pak, saya duduk ya pak”.

Perasaan cemas dan bingung terpancar di wajah Bowo. Pak Mulyadi selaku kepala HRD jelas memahami hal ini. Pak Mulyadi sudah sangat terbiasa membaca gesture dan mimik seseorang.

“hmm, begini pak Bowo. Apakah pak Bowo tau kenapa saya panggil? Coba menurut pak Bowo ini perihal masalah apa? Saya sudah banyak dapat laporan ini, saya kira lebih baik pak Bowo jujur saja, karena ini menyangkut keberlangsungan kita bersama”

Deg, jantung berdegup kencang. Kalut pikiran Bowo. “wah, bener ni kayaknya. Bakal dipecat  ni bau-baunya” batin Bowo dalam hati

“maaf pak, semua ini memang salah saya, saya yang masak pak untuk shift malam. Ampun pak, saya gak punya uang buat ganti biaya rumah sakit. Kasih saya keringanan pak”. Rengek Bowo pada pak Mulyadi

“maksudmu? Keringanan? Keringanan apa ya Bowo?”

“jangan pak, jangan pecat saya pak. Kasih saya keringanan” rengek Bowo lagi

Bingung sekarang tergambar di wajah pak Mulyadi. “kenapa ni anak, kenapa tiba-tiba minta jangan dipecat. Sepertinya ada hal yang aneh”. Batin pak Mulyadi

“yasudah Bowo, sini ceritakan, kenapa ini? Ada apa ini?”. Tanya pak Mulyadi

“maaf pak, banyak murid yang terkena sakit maag dan tifus karna selama beberapa bulan ini mereka tidak mau makan. Saya sudah mencoba memasak sebisa saya pak. Saya juga sudah mencicipi masakan saya, saya kira lezat. Saya gak tau kalo selera murid tidak cocok dengan masakan saya”.

“Hahahahahaha... Bowo.Bowo.. “ tawa pak Mulyadi diselingi dengan geleng-geleng kepala

“lah, bapak kok malah tertawa, saya sedang buat pengakuan dosa pak. Maafkan saya pak. Jangan suruh saya untuk tanggung jawab”.

“bentar-bentar Bowo, saya harus luruskan dulu. Sepertinya ada kesalahpahaman. Begini wo, saya memanggil kamu kesini karena justru saya ingin memberi apresiasi kepada kamu wo”.

“eh???” heran Bowo mendengar perkataan pak Mulyadi

“begini Bowo, bener setiap malam selama sebulan ini kamu terus yang selalu masak?”

“iya pak betul”.

“syukur kalo begitu, begini wo. Kedepan kalo masak jangan terlalu enak ya. Saya mendapat laporan kalo selama sebulan ini banyak murid yang berebut makan pas malam hari. Dan banyak murid yang mengambil jatah diluar jatah yang seharusnya, akibatnya ada beberapa murid yang memang tidak kebagian, dan seperti yang kita ketahui bersama. Banyak diantara mereka terkena maag dan ada beberapa yang tifus juga. Memang susah kan disini kalo nyari makan malam-malam. Akibatnya merek memilih kelaparan di malam hari”.

“ehhhhhh?”. Melongo Bowo mendengar pernyataan pak Mulyadi tersebut

“Hahaha,,, dan saya memanggil kamu kesini juga bukan untuk mecat kamu Bowo, justru saya ingin memberi tugas dan tanggung jawab tambahan kepada kamu”

“apa itu pak?”

“jadi begini, nanti kamu akan diberi tanggung jawab sebagai quality control setiap masakan. Dan kami ingin kamu memberi pelatihan mengenai cita rasa kepada staff dapur yang lainnya”

“tugas saya tambah banyak dong pak?”

“tenang Bowo, nanti ada intensif lebih untuk kamu. Gimana? Apa kamu mau?”

“masyaAlloh, alhamdulillah. Iya pak, iya, saya mau deh pak”.

“syukur kalo begitu”.

Dari awal hingga akhir bowo selalu menunduk ketika berbicara dengan pak Mulyadi, Bowo merasa enggan untuk mendongak ketika berbicara.

“uia Bowo, kedepan, ketika kita berbicara, kamu tidak perlu menundukkan wajahmu, angkat saja wajahmu”.

“maaf pak, saya enggak enak, takut gak sopan, bapak kan kepala HRD, jabatan penting”.

“kamu juga punya jabatan penting Bowo, kamu dan rekan-rekanmu didapur punya andil besar dalam kelangsungan pembelajaran dan aktivitas di yayasan kita’

“tidak sebesar itu pak, kami hanya team supporting

“semua unit itu punya andil yang besar Bowo, penting sekali agar masing-masing unit dapat menjalankan tugasnya. Bisa kamu bayangkan Bowo, jika pegawai dapur mogok kerja selama seminggu saja. Kacau nanti semua aktivitas kita, begitu juga tim supporting yang lain, kebersihan, driver dan lain sebagainya. Semua unit penting dan puya andil dalam kemajuan yayasan kita. Saya kira kamu harus bangga untuk itu Bowo”.

“saya tidak kepikiran sampai sejauh itu pak”.

“ya begitulah Bowo. Apakah kamu tau Bowo, dengan masakan yang kamu dan teman-teman dapur masak, para murid jadi memiliki tenaga untuk menghafal ayat-ayat suci, kami semua juga sama. Mempermudah kami dalam menjalankan amanah kami dalam kerja dan tentu dalam ibadah juga”.

“bisa kamu bayangkan Bowo, berapa banyak bagian pahala yang kamu dan tim dapurmu peroleh?”

“masyaAlloh, saya tidak pernah memikirkan itu pak, sepertinya banyak”.

“untuk itu berbanggalah Bowo, tidak perlu menunduk lagi nanti ya pas ketemu atau ngobrol dengan saya. Atau dengan unit lainnya”.

“wah, siap pak.”

“ya bagus-bagus. Silahkan balik lagi ketempatmu Bowo”

Bowo keluar dari ruang HRD dengan wajah sumringah. Hari itu berakhir dengan baik, untuk semua orang.

“eh bowo, tunggu sebentar, ada yang kelupaan. Masalah kamu ijin seminggu ini. Lama sekali ini”. Panggil pak Mulyadi seketika

“waduh, lupa saya, sudah seminggu ini saya hanya di rumdis, saking takutnya suruh bayar uang rumah sakit. Wah, kalo begini, beneran bisa dipecat ini gara-gara seminggu gak masuk kerja”. Batin bowo dalam hati

Masuk lagi bowo ke dalam ruang HRD. Satu kata dari pak Mulyadi, besok-besok harus berani menghadapi masalah ya, jangan ngumpet.

“ya pak” teriak Bowo dengan sumringah. SELESAI.


Karena yang tersembunyi di hati dapat tercermin dari wajah dan mata. Tapi bukan hanya terus-terusan memperbaiki wajah dan memperindah mata saja, Hati lah kuncinya. Contact me satriowijoyo@bigspace.my.id

0 komentar:

Posting Komentar