Design by Theme Junkie | Blogger Template by NewBloggerThemes.com

Mau Nyari Apa?

Cari Disini Ya!

IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan)

Loading...

#blog-pager{font-size:normal}.showpageArea{font-family:verdana,arial,helvetica;color:#000;font-size:11px;margin:10px}.showpageArea a{color:#000;text-shadow:0 1px 2px #fff;font-weight:normal}.showpageNum a{padding:2px 8px;margin:0 4px;text-decoration:none;border-bottom:2px solid #5fb404;border-top:2px solid #5fb404;background:#effbf5}.showpageNum a:hover{border-bottom:2px solid #df01d7;background:#a9f5f2;border-top:2px solid #df01d7}.showpageOf{margin:0 4px 0 0}.showpagePoint{color:#fff;text-shadow:0 1px 2px #333;padding:2px 8px;margin:2px;font-weight:700;border-bottom:2px solid #5e610b;border-top:2px solid #5e610b;background:#5e610b;text-decoration:none}
Diberdayakan oleh Blogger.

Berlangganan

Blogger templates

Blogroll

Belajar Ekonomi; Biaya Peluang atau Opportunity Cost

  Menurut Paul A. Samuelson, Economics is the science of choice . Dalam setiap keputusan yang muncul di depan kita, apakah memutuskan untuk ...

Jumat, 15 Oktober 2021

 

JIWA MUDA

Oleh : Wijoyo Satrio 

Satu hari lagi dan semua kepenatan ini akan segera berakhir. Dinda (17) mahasiswa baru Kampus Biru mencoba menarik nafas dalam-dalam. Dari hari pertama sejak Orientasi Pengenalan Kampus dimulai Dinda sudah uring-uringan sendiri. Dia tak menyangka kalau begini rasa sebenarnya menjadi mahasiswa. Dia tidak pernah berencana untuk berteriak-teriak setiap hari ketika menjadi mahasiswa. Ingatan satu tahun lalupun terngiang kembali ketika dia masih berada dibangku SMA, dimana kesenangan dan kegembiraanlah yang selalu tercipta. Tidak ada fikiran sedikit pun untuk membicarakan politik yang carut-marut dinegeri ini. Jangankan politik, bicara tentang keadaan ekonomi yang adapun sungguh membuat dia dan teman-temannya malas. Namun sekarang tak dapat dihindarkan. Saat ini dia telah menjadi mahasiswa di Kampus Biru, lebih tepatnya mahasiswa Pendidikan Ekonomi. Dia telah dijejalkan pemikiran tentang keadaan negeri ini, dari politik sampai keadaan ekonomi mulai diperkenalkan kepada Dia.

Jam telah menunjukkan pukul 04.45 a.m, tinggal 15 menit lagi tersisa bagi Dinda untuk menyiapkan segala keperluan ospek hari terakhir ini.

“ini sungguh melelahkan” umpat Dinda kepada dirinya sendiri

“udah lah Din, kita nikmati aja. Saatnya nanti, ini semua juga pasti akan berakhir” ucap Andien menenangkan Dinda.

Andien adalah teman satu SMA Dinda, mereka berdua sama-sama mahasiswa baru Kampus Biru. Namun sayang, Andien masuk Fakultas Ilmu Sosial. Dia tak bisa selalu bersama-sama dengan Andien setiap waktu. Terlebih lagi bersama-sama dalam menjalani Ospek ini. Di hari terakhir ospek ini Dinda mencoba menyiapkan segala keperluan Ospeknya dengan hati-hati dan teliti. Dia mendikte apa saja keperluan yang harus dia bawa agar kejadian seperti Ospek pada hari-hari sebelumnya tidak terulang kembali. Dia sebenarnya enggan untuk mengingat kejadian hari yang lalu, kejadian dimana dia dibentak karena dia tak membawa perlengkapan sesuai instruksi kakak seniornya. Itu sungguh membuat dia marah dan geram dengan kakak seniornya.

“Kenapa toh harus ada bentak-bentak segala, orang tuaku aja gak pernah bentak-bentak aku seperti itu” keluh Dinda didalam hati.

Andien dan Dinda bersama-sama melangkah menuju fakultas masing-masing. Dinda merasa beruntung mempunyai teman yang sudah sangat dia kenal, Dinda tak merasa kesepian di tengah keramaian yang ditawarkan oleh kota yang baru diinjak olehnya ini. Karena, ya sudah pasti karena  ada Andien yang menemaninya. Sepuluh menit berlalu, Dinda dan Andien telah sampai dipersimpangan jalan, mereka harus segera berpisah. Andien berjalan menuju fakultasnya sedang Dinda gontai memandang Andien yang berjalan meninggalkannya, dia harap-harap cemas sambil melangkah menuju fakultasnya. Dinda memandang kedepan, dilihatnya sosok serba hitam berdiri di pintu gerbang fakultasnya.

                “Oooh Tuhan, ada nenek sihir berdiri disana” keluh Dinda

                “hei kamu yang disana, cepat lari. Sebentar lagi pintu gerbang akan kami tutup” bentak seseorang yang serba hitam tersebut

Dinda mempercepat langkahnya, dia berharap semoga tak terlambat seperti hari-hari sebelumnya. Dinda melewati orang berpakaian serba hitam yang berada di depan pintu gerbang fakultasnya. Dinda segera menuju ke lapangan dimana Ospek akan diadakan.

Jam sudah menunjukkan pukul 05.00 a.m, sebentar lagi upacara pembukaan akan segera dimulai. Dinda sudah cukup siap melewati hari ini, dibuktikan dengan ketenangannya dalam mengikuti upacara pembukaan. Seperti ospek hari-hari sebelumnya, setelah acara upacara pembukaan selalu diadakan pengecekan perlengkapan dan pengumpulan tugas yang harus diserahkan.

Eurika, begitulah kata-kata yang terlontar di hati Dinda. Sudah sampai sejauh ini belum ada sedikitpun kesalahan yang telah dia lakukan. Tak jauh berbeda dengan Dinda, teman-teman satu fakultasnya juga tidak ada yang berbuat kesalahan, semua membawa perlengkapan sesuai dengan yang diinstruksikan. Hal ini sangat berbeda dengan ospek pada hari-hari sebelumnya dimana banyak sekali yang melakukan kesalahan dan pelanggaran.

Hari ini benar-benar tidak seperti biasanya, semuanya berjalan menyenangkan. Bahkan ketika penyampaian materi semua peserta ospek mendengarkan dengan seksama, tak ada satupun yang ngobrol sendiri. Ada apakah gerangan, benarkah dalam tempo 4-5 hari sudah mampu merubah pola fikir mahasiswa baru ini.

                “Aah, sudahlah. Ngapain aku mikirin hal seperti ini, tidak ada gunanya” ucap Dinda didalam hati

***

Jam 12.00 a.m

Waktunya istirahat, Dinda bersama rekan-rekannya segera menunaikan ibadah. Setelah itu mereka segera menyantap makan siangnya masing-masing. Tak berbeda dengan Dinda, Andien yang berada di Fakultas Ilmu Sosial yang letaknya berada diseberang fakultasnya juga merasakan hal yang sama. Namun, tak seperti Dinda yang cuek dengan perubahan yang terjadi terhadap dia dan rekannya. Andien justru bertanya-tanya sendiri. Benarkah kami telah mengalami perubahan pola pikir, masa ia dalam waktu sesingkat ini.

Sebenarnya ada satu hal yang tak berubah seperti ospek di hari-hari sebelumnya, hal yang tak berubah adalah dimana mereka harus bernyanyi mendendangkan yel-yel kelompoknya masing-masing. Banyak orang yang menyayangkan hal ini, apakah benar semangat para mahasiswa bisa muncul dengan menyanyikan yel-yel. Tapi kenapa yang nampak hanya rasa membanggakan kelompoknya masing-masing, justru rasa saling ingin menang sendiri dan tak mau mengalahlah yang lebih dominan ketimbang rasa semangat.

Waktu semakin lama semakin bergulir, Dinda dan Andien saling menikmati kegiatan di fakultasnya masing-masing. Tak terasa sudah menginjak sesi penutupan acara. Sementara itu terlihat Ketua Panitia Ospek Fakultas Ekonomi naik ke podium, dia mengambil microfon yang terpasang ditempat penyangganya, dia mulai mengambil alih acara. Semua perhatian peserta ospek Fakultas Ekonomi tersedot kearah Ketua Panitia.

                “Teman-teman, sebelum memulai acara penutupan. Perkenankanlah saya selaku ketua panitia menyampaikan beberapa hal yang sekiranya nanti akan membuat kalian mengerti tentang apa arti sebenarnya dari kegiatan yang telah kita lakukan selama beberapa hari ini. Saya tahu, sejak awal diantara kalian pasti banyak yang menolak kegiatan ini. Bahkan saya tahu, banyak diantara kalian yang sengaja melakukan kesalahan untuk memancing kemarahan kami para senior. Tapi lupakanlah hal itu semua, yang terpenting sekarang adalah perubahan sikap kalian dari hari ke hari menunjukkan perubahan yang positif. Apakah diantara kalian tidak ada yang menyadari bahwasanya kami telah berhasil melaksanakan tugas kami untuk menanamkan bibit-bibit pemikiran kritis kepada kalian, untuk membuka lebar-lebar mata kalian terhadap setiap masalah yang ada di negeri ini. Tidakkah kalian menyadari sekarang, bahwa ini bukan hanya sekedar acara monumental atau perkenalan saja antara kalian dengan kampus maupun antara kalian dengan kakak-kakak senior”. Ketua panitia mencoba menarik nafas dalam-dalam dan menatap semua peserta ospek yang ada disitu

                “Ini adalah acara yang sengaja kami adakan guna mengajarkan nilai-nilai yang seharusnya kalian miliki sebagai mahasiswa baru. Ingatlah teman-temanku, kalian bukan lagi anak kecil. Tak akan ada yang memanjakan kalian disini. Kalian harus berusaha semaksimal mungkin. Percaya atau tidak, dengan kalian menjadi seorang mahasiswa berarti kalian telah menyetak kunci pintu kesukseskan kalian masing-masing. Semoga kalian tidak salah mendatangi tempat pencetakan kunci kesuksesan kalian tersebut” Ketua Panitia terlihat kepanasan terkena terpaan sinar matahari yang mencoba mengenai wajahnya

Dinda merenungi setiap kata-kata yang dilontarkan oleh Ketua Panitia Ospek tersebut. Apakah kata-kata yang dilontarkan Ketua Panitia tersebut sama dengan perasaan-perasaan yang tadi terlintas difikirannya. Mau tidak mau Dinda memang harus mengakui kalau ada perubahan yang cukup berarti setelah dia dan kawan-kawannya mengikuti acara Ospek yang singkat ini.

Hari semakin sore, Ketua Panitia juga sudah menyudahi perkataannya. Dinda bersama rekan-rekannya sekarang sedang makan bersama. Sebagai acara penutupan adalah saling curhat antar peserta ospek dengan pemandu kelompoknya masing-masing. Dinda terlihat sangat letih hari ini, selain letih fisik pada dasarnya psikis Dinda juga sangat letih. Banyak sekali energi yang harus dia curahkan untuk mengikuti ospek ini.

Senja telah datang dengan diiringi matahari yang kembali ke peraduannya. Semua peserta telah kembali berjalan melangkah ke kost masing-masing. Ada yang pulang dengan kendaraannya, tapi itu hanya beberapa bagi mereka yang jauh tempat tinggalnya. Dinda sudah sekitar lima menitan berdiri menunggu di depan pintu gerbang Fakultas Ilmu Sosial. Dinda menanti Andien untuk bersama-sama dengannya pulang. Andien terlihat berjalan dengan melambaikan tangan dan bibir tersungging di wajahnya. Dinda langsung menyambut Andien dengan senyum juga.

                “Benarkan, akhirnya berakhir juga” ucapan Andien kepada Dinda yang langsung membuat Dinda tersenyum kecut

                “ia, setelah beberapa hari akhirnya berakhir juga” ucap Dinda membalas ucapan Andien

                “mudah-mudahan kita tidak merindukan masa-masa seperti ini ya” celoteh Andien

                “sudah pasti lah, ngapain merindukan sesuatu yang menyakitkan. Sudah tidak ada ruang di hatiku untuk merindukan hal-hal yang semacam ini” Dinda berusaha menyakinkan Andien

                “hati-hati looh, lihat aja nanti. Awas kalau suatu hari nanti kamu bilang rindu dengan masa-masa seperti ini”

                “tenang saja, itu sesuatu yang sangat mustahil” ucap Dinda

 

 

***

Setidaknya itulah hal-hal yang dapat diingat oleh Dinda tentang kejadian satu tahun yang lalu. Dinda mencoba membuka fikiran dan mencoba menguak kenangan yang ada didalamnya.

                “Dinda, ngapain sie dari tadi ngelamun terus” ucap Andien membangunkan lamunan Dinda

                “Aah kamu ganggu aja, ini ni aku mencoba mengingat-ngingat masa-masa ospek dulu. Aku jadi ketawa-ketawa sendiri ketika mengingat saat dimana aku dimarahi sama kakak senior”

                “Sudah sadar, katanya mau ada rapat. Cepat gih mandi. Mumpung gak ada yang makai kamar mandinya” ucap Andien mengingatkan Dinda

                “ooh iya, hari ini kan ada rapat perdana panitia ospek. Malu dong kalau aku harus terlambat” ucap Dinda seketika

                “Huuuh, dasar ketua gadungan. Jelas ajalah malu, masa pada rapat perdana seorang Ketua Panitia Ospek Fakultas terlambat” ucap Andien

                “Tenang aja, pokoknya gak akan sia-sia mereka memilih saya jadi Ketua
Panitia Ospek Fakultas. Saya akan buktikan kalau saya bisa”

                “Halaaah, ketahuan sekarang siapa yang terkena sindrom ospek”

                “Maksud kamu?” sergah Dinda sebelum melanjutkan berjalan kearah kamar mandi yang letaknya persis di sebelah kamar Andien dan Dinda.

                “Yailah, coba kamu jawab. Apa yang menjadi alasan kamu menjadi Ketua Panitia Ospek Fakultas. Pasti gara-gara kamu merindukan masa-masa yang dulu kan”

                “ngaco kamu, alasan ku itu simpel. Aku cuman ingin mereka para maba-maba itu bisa mempunyai pemikiran yang kritis dan mampu berpartisipasi aktif dalam kehidupan bernegara kelak”

                “halaah, pẻres kamu. Palingan juga cuman pingin mengulang masa-masa yang lalu. Kemakan ucapan kamu sendiri kan akhirnya”

Dinda berlalu ke kamar mandi dengan tersenyum kecil

                “ternyata tidak sia-sia ospek tahun lalu. Dinda yang dulu sama sekali tak mau berkecimpung didalam keorganisasian sekarang malah menjadi salah satu pengurus BEM. Sungguh melegakan melihat hal ini” ucap Andien sendiri

Gubrak, pintu kamar terbuka muncullah wajah Dinda seketika

                “ekh ndien, lah fakultasmu kapan rapat ospeknya” tanya Dinda yang langsung membuat Andien geleng-gelang sendiri

                “kamu itu loh, bikin kaget aja. Tak kira udah mulai mandi”

                “ayo, jawab kapan?”

                “tenang aja, aku sudah mengagendakan semuanya” jawab Andien dengan senyum

                “ayolah, gak ada salahnya kita saling bersinergi antar sesama Ketua Panitia Ospek Fakultas”

                “sinergitas atau cuman mau menyontek ide konsep ospek fakultasku”

                “hahahahahahhaha” seketika mereka tertawa bersama-sama


Karena yang tersembunyi di hati dapat tercermin dari wajah dan mata. Tapi bukan hanya terus-terusan memperbaiki wajah dan memperindah mata saja, Hati lah kuncinya. Contact me satriowijoyo@bigspace.my.id

0 komentar:

Posting Komentar