Design by Theme Junkie | Blogger Template by NewBloggerThemes.com

Mau Nyari Apa?

Cari Disini Ya!

IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan)

Loading...

#blog-pager{font-size:normal}.showpageArea{font-family:verdana,arial,helvetica;color:#000;font-size:11px;margin:10px}.showpageArea a{color:#000;text-shadow:0 1px 2px #fff;font-weight:normal}.showpageNum a{padding:2px 8px;margin:0 4px;text-decoration:none;border-bottom:2px solid #5fb404;border-top:2px solid #5fb404;background:#effbf5}.showpageNum a:hover{border-bottom:2px solid #df01d7;background:#a9f5f2;border-top:2px solid #df01d7}.showpageOf{margin:0 4px 0 0}.showpagePoint{color:#fff;text-shadow:0 1px 2px #333;padding:2px 8px;margin:2px;font-weight:700;border-bottom:2px solid #5e610b;border-top:2px solid #5e610b;background:#5e610b;text-decoration:none}
Diberdayakan oleh Blogger.

Berlangganan

Blogger templates

Blogroll

Belajar Ekonomi; Biaya Peluang atau Opportunity Cost

  Menurut Paul A. Samuelson, Economics is the science of choice . Dalam setiap keputusan yang muncul di depan kita, apakah memutuskan untuk ...

Rabu, 16 Maret 2022

Pernahkah anda mengalami kejenuhan dalam melakukan kegiatan? Bisa jadi anda jenuh karena kegiatan tersebut terulang berkali-kali dan menjadi rutinitas sehingga kehilangan makna. Dan sampai lah kita pada kondisi bosan atau jenuh. Kegiatannya pun bisa beragam, bermain, tidur, makan, olahraga atau bahkan ibadah. Perkara jenuh atau bosan ini dijelaskan secara menarik dalam teori Gossen 1 atau yang kita anak ekonomi sebut dengan istilah kerennya The Law Of Deminishing Marginal Utility. Teori ini dikemukakan oleh ekonom bernama Herman Heinrich Gossen.

Konsep Gossen 1 dalam ekonomi mengacu pada hukum utilitas marjinal yang menyatakan bahwa utilitas atau kepuasan yang diperoleh dari konsumsi suatu barang atau layanan akan mengalami penurunan secara bertahap seiring dengan peningkatan jumlah konsumsi. Hal ini mengindikasikan adanya tingkat kejenuhan atau kepuasan yang semakin berkurang seiring dengan peningkatan konsumsi. Sederhananya, jika kita mengkonsumsi satu barang secara terus menerus, lama-lama tingkat kepuasan akan meningkat hingga sampai titik puncak. Jika kegiatan konsumsinya tetap lanjut dilakukan, maka kita akan mengalami kejenuhan/bosan, Gossen menyebutnya sebagai deminishing marginal utility.

Ketika menghubungkan konsep Gossen 1 dengan kejenuhan dalam beribadah dalam konteks agama, terutama dalam Islam, dapat dipahami bahwa kejenuhan juga dapat terjadi dalam pelaksanaan ibadah. Pada awalnya, ketika seseorang memulai praktik ibadah, seperti shalat, puasa, atau membaca Al-Quran, mereka mungkin merasakan kepuasan dan semangat yang tinggi. Namun, seiring berjalannya waktu dan rutinitas, ada kemungkinan bahwa tingkat kepuasan dan semangat tersebut dapat menurun atau mengalami kejenuhan.

Konsep kejenuhan dalam beribadah ini mencerminkan tantangan yang sering dihadapi oleh individu dalam mempertahankan kualitas dan semangat ibadah seiring waktu. Ketika ibadah dilakukan secara rutin dan tanpa perasaan ikhlas serta kesadaran spiritual yang mendalam, seseorang dapat mengalami penurunan kepuasan dan semangat dalam beribadah. Seperti konsep Gossen 1, semakin sering ibadah dilakukan dalam rutinitas yang monoton, semakin kecil tingkat kepuasan yang dirasakan.

Untuk mengatasi kejenuhan dalam beribadah, penting bagi individu untuk memperkuat kesadaran spiritual, membangun ikatan yang lebih dalam dengan Allah, dan mencari cara untuk menyegarkan dan memperbaharui semangat ibadah. Hal ini dapat dilakukan melalui meningkatkan pemahaman terhadap makna dan tujuan ibadah, melibatkan diri dalam aktivitas sosial dan komunitas keagamaan, atau melaksanakan variasi dalam pelaksanaan ibadah.

Dalam konteks ini, penting bagi individu untuk menyadari potensi kejenuhan dalam beribadah dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga semangat dan kualitas ibadah. Dengan cara ini, seseorang dapat memperoleh manfaat spiritual yang maksimal dan memperbaharui hubungan mereka dengan Allah secara berkelanjutan.

Pada akhirnya, adalah hal yang sangat manusiawi jika kebosanan atau kejenuhan datang kepada kita selaku manusia biasa, yang terpenting tinggal mencari  substitusi atau pengganti dari ibadah jenuh tadi. Misal, kita jenuh sholat dhuha, maka cari substitusi ibadah lainnya yang semisal, bisa sholat tahajud, sholat rawatib atau sholat sunnah lainnya. Lain halnya dengan ibadah sholat wajib. Tidak ada substitusinya. Apapun kondisinya, harus tetap dilakukan. Yang ada hanya rukhsah, atau keringanan dalam pengerjaannya. Itupun bukan berarti boleh untuk tidak melakukan, bahkan jika kita terbaring sakit sekujur tubuh tidak bisa bergerak, tidak menggugurkan kewajiban sholat wajib tadi, bisa dengan isyarat kedipan mata.

Lantas bagaimana dengan ibadah membaca Al-qur'an? Mari kita perhatikan perkataan salah satu sahabat nabi yang mulia, utsman bin affan. Utsman bin ‘Affan radhiallaahu ’anhu berkata,

لَوْ طَهَرَتْ قُلُوْبُنَا مَا شَبِعَتْ مِنْ كَلَامِ اللّٰهِ

“Seandainya hati kita bersih, maka tidak akan puas membaca Kalamullah (Al Quran).” (Ighatsatul Lahfan, 1/64)

Pernyataan Utsman bin 'Affan radhiallaahu 'anhu yang menyatakan bahwa "Seandainya hati kita bersih, maka tidak akan puas membaca Kalamullah (Al-Quran)" memiliki kaitan dengan konsep kejenuhan dalam hukum Gossen 1.

Konsep kejenuhan dalam hukum Gossen 1 menyatakan bahwa semakin banyak kita mengonsumsi suatu barang atau layanan, maka tingkat kepuasan tambahan yang kita peroleh akan semakin menurun. Dalam konteks ini, kita mungkin mengalami kejenuhan atau kebosanan setelah melakukan suatu aktivitas yang berulang-ulang.

Namun, pernyataan Utsman bin 'Affan radhiallaahu 'anhu menunjukkan bahwa dalam konteks membaca Kalamullah (Al-Quran), kejenuhan tidak terjadi. Ia menyatakan bahwa jika hati kita bersih, kita tidak akan merasa puas dan terjenuh dalam membaca Al-Quran.

Hal ini dapat dijelaskan dengan pemahaman bahwa Al-Quran adalah kitab suci yang mengandung petunjuk dan wahyu ilahi dari Allah. Setiap kali kita membaca Al-Quran, kita dapat memperoleh hikmah, pengetahuan, dan cahaya spiritual yang baru. Meskipun aktivitas membaca Al-Quran dapat berulang-ulang, kepuasan dan keindahan yang kita peroleh tidak akan berkurang. Sebaliknya, semakin bersih hati kita dan semakin mendalam pemahaman kita terhadap Al-Quran, semakin besar kepuasan dan kebahagiaan yang kita rasakan.

Dalam konteks Gossen 1, pernyataan Utsman bin 'Affan radhiallaahu 'anhu menunjukkan adanya pengecualian yang terkait dengan aktivitas spiritual yang melibatkan hubungan dengan Allah. Aktivitas membaca Kalamullah (Al-Quran) tidak tunduk pada hukum kejenuhan dalam Gossen 1 karena sifatnya yang ilahi dan spiritual. Aktivitas ini tidak hanya berfungsi sebagai konsumsi materi atau informasi semata, tetapi juga sebagai sarana untuk memperdalam iman, mengambil pelajaran, dan mendekatkan diri kepada Allah. Oleh karena itu, tidak ada penurunan kepuasan yang terkait dengan konsep kejenuhan dalam Gossen 1 dalam konteks membaca Kalamullah (Al-Quran) jika hati kita bersih dan terbuka. Wallahu a'lam bish-shawabi.


Karena yang tersembunyi di hati dapat tercermin dari wajah dan mata. Tapi bukan hanya terus-terusan memperbaiki wajah dan memperindah mata saja, Hati lah kuncinya. Contact me satriowijoyo@bigspace.my.id

0 komentar:

Posting Komentar