Design by Theme Junkie | Blogger Template by NewBloggerThemes.com

Mau Nyari Apa?

Cari Disini Ya!

IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan)

Loading...

#blog-pager{font-size:normal}.showpageArea{font-family:verdana,arial,helvetica;color:#000;font-size:11px;margin:10px}.showpageArea a{color:#000;text-shadow:0 1px 2px #fff;font-weight:normal}.showpageNum a{padding:2px 8px;margin:0 4px;text-decoration:none;border-bottom:2px solid #5fb404;border-top:2px solid #5fb404;background:#effbf5}.showpageNum a:hover{border-bottom:2px solid #df01d7;background:#a9f5f2;border-top:2px solid #df01d7}.showpageOf{margin:0 4px 0 0}.showpagePoint{color:#fff;text-shadow:0 1px 2px #333;padding:2px 8px;margin:2px;font-weight:700;border-bottom:2px solid #5e610b;border-top:2px solid #5e610b;background:#5e610b;text-decoration:none}
Diberdayakan oleh Blogger.

Berlangganan

Blogger templates

Blogroll

Belajar Ekonomi; Biaya Peluang atau Opportunity Cost

  Menurut Paul A. Samuelson, Economics is the science of choice . Dalam setiap keputusan yang muncul di depan kita, apakah memutuskan untuk ...

Jumat, 15 Oktober 2021

Adat Api Unggun

Ambalan Saifuddin Qutuz

Pangkalan SMAIT Assyifa Boarding School Wanareja

 

Api Unggun berasal dari dua kata, yaitu: api dan unggun. Kata api mempunyai kesamaan kata dengan agni, geni, bromo, latu. Sedangkan kata unggun adalah onggokan kayu atau timbunan kayu, atau tumpukan kayu. Api Unggun adalah api yang dibuat atau dinyalakan pada unggun (timbunan kayu) agar nyalanya lebih terang dan hangatnya lebih meluas untuk suatu kepentingan.

Makna yang terkandung dalam api unggun adalah api yang berkobar menyala yakni semangat yang membara. Juga panasnya api melambangkan kekuatan atau daya pelebur perpecahan dan cahaya melambangkan petunjuk persatuan dan persaudaraan.

a.     Rangkaian Adat Api Unggun

1)    Persiapan :

-     Semua peserta sudah berkumpul membentuk lingkaran besar mengitari  kayu api unggun

-    Petugas : Pembawa Acara, Pembina Upacara, Pemimpin Upacara, Pembawa Obor Utama, Pembawa Obor Dasa Darma, Petugas Do'a - telah siap.

-     Semua perlengkapan upacara telah dicek dalam keadaan lengkap serta siap digunakan.

2)    Pelaksanaan 

a)     Pembawa Acara Pramuka :

"Assalamualaikum warokhmatullahi wabarakatuh ..."

“Dengan mengucap Bismillahirrohmanirrohim, Upacara Adat Api unggun, Gudep 01.281, Ambalan Saifuddin Qutuz, Pangkalan SMAIT Assyifa Wanareja Siap Dilaksanakan”.

"Di malam yang hening dan sunyi, kita berkumpul membentuk lingkaran, mempererat rasa persaudaraan, agar rasa kasih sayang yang ada tetap terpatri di hati..."

"Kita sering kehilangan arah, agar kita tak tertusuk panah, maka kita perlu Pemimpin Upacara"

b)    Pemimpin Upacara : Pemimpin upacara memasuki arena api unggun

c)   Pembawa Acara : "Kapal sudah tertambat di dermaga makna, lalu kita lempar sauh agar mudah tuk berlabuh ..."

d) Pembawa Acara : "Kami takkan bisa hidup sendiri, kami bisa berbuat untuk Gerakan Pramuka, tak kan sempurna bila kami tak dibantu Kakak Pembina ..."

e)     Pembawa Acara : "Pembina Upacara memasuki lapangan upacara”

f) Pembawa Acara : "Penghormatan kepada Pembina upacara dipimpin oleh pemimpin upacara”

g)  Pembawa Acara : "Laporan pemimpin upacara kepada pembina upacara bahwa upacara adat api unggun siap dilaksanakan”

h) Pembawa Acara: "Malam ini kita berkumpul untuk melaksanakan Upacara Api Unggun "

"Kita terkadang hanya bisa mengucapkan, namun sering kita tak menghayati ..."

"Apa lagi mengamalkan nilai-nilai yang ada dalam  Dasa Darma, cobalah renungkan ..."

"Bagaimana bisa kita menjadi panutan, sedangkan kita sendiri tak pernah berbuat ..."

“Kita masuki acara pokok api unggun ini, dengan penyalaan obor utama, yang diikuti dengan api-api Dasa Darma ..."

i)       Petugas Pembawa Obor Utama : Petugas pembawa obor memasuki arena api unggun di tempat yang ditentukan.

j)       Pembawa Acara : "Pembakaran Api Unggun diawali oleh Pembina Upacara..."

 

Prosesi Api Unggun :




 

Petugas menyerahkan Obor Utama kepada Pembina Upacara.

Pembina  Upacara  menyalakan obor  Dasa Darma - di mulai dari Petugas  Pengucap Dasa Darma kesatu.

Setelah obor menyala - petugas pengucap Dasa Darma kesatu  mengangkat obornya dan dengan lantang mengucapkan darma ke satu, kemudian menyalakan obor pengucap darma kedua.

Setelah obor kedua menyala, petugas pengucap Dasa Darma kedua  mengangkat obornya dan dengan lantang mengucapkan darma ke dua, kemudia menyalakan obor pengucap darma ketiga, dst hingga10 obor Dasa Darma menyala semua.

Setelah 10 Obor Dasa Darma menyala - maka dilanjutkan dengan pengucapada moto Gerakan Pramuka "SATYAKU KUDARMAKAN DARMAKU KUBAKTIKAN “

Pembina Upacara  maju menyalakan api unggun dengan obor utama, kemudian dilanjutkan dengan ke 10 obor dasar darma yang maju bersama-sama menyalakan api unggun.

Setelah api menyala - semua kembali ke tempat masing-masing.

k)    Pembawa Acara: "Api-api Dasa Darma Gugahlah hati kami, agar kami dapat menghayati dan mengamalkan nilai luhur Dasa Darma ..."

"Berilah kami semangat seperti kobaran Dasa Darma"

"Api semangat akan membakar, gairah mudahmu yang menggebu, tonggak telah terpancang, lanjutkan perjuangan ..."

"Tanpa kenal putus asa, kita akan mengatur langkah, membuka kata tanpa makna, tuk taklukan dunia fana ...:

"Kakak jangan tinggalkan kami, karena kami bukanlah apa-apa, banyak yang harus kami lakukan, tapi tanpa bimbinganmu tak ada yang dapat kami perbuat ..."

"Kakak ...  Kami masih butuh petuahmu, yang dapat menggugah kami untuk berbuat, untuk itu marilah kita dengarkan amanat pembina upacara ..."

l)  Pemimpin Upacara: “Untuk amanat istirahat di tempat grak”

m)  Pembina Upacara: “Amanat pembina upacara”

n)    Pemimpin Upacara: “Siap Grak”

o)    Pembawa Acara: "Dikala suka terkadang kami lupa, dikala kami berduka selalu menyebut nama Mu..."

"Tuhan Bimbinglah kami agar tetap di jalan MU. Untuk itu marilah kita panjatkan doa ..."

p)    Petugas Doa : Memimpin dan membacakan doa.

q)    Pembawa Acara: "Ada pertemuan ada perpisahan, ada awal ada akhirnya ..."

"Tapi kami ingin akhir dari acara api unggun ini, bukan akhir dari pengabdian kami pada Gerakan Pramuka"

"Kita telah melaksanakan acara pokok api unggun, dan untuk menandai berakhirnya acara ini, kita dengarkan laporan Pemimpin Upacara yang dilanjutkan dengan penghormatan kepada Pembina Upacara"

r)  Pembawa Acara : “Laporan pemimpin kepada Pembina Upacara bahwa upacara adat api unggun telah selesai”.

s) Pembawa Acara : “penghormatan kepada pembina upacara dipimpin oleh pemimpin upacara”.

t)  Pembawa Acara: "Kakak pembina upacara dapat meninggalkan arena Api Unggun, namun kami masih mengharapkan kehadiran Kakak untuk tetap dalam lingkaran persaudaraan walaupun acara pokok telah selesai ..."

u) Pembawa Acara: "Acara penyalaan api unggun telah selesai. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan limpahan taufik dan hidayah kepada kita semua. Amin ya robbal alamin. Terimakasih. Wassalamualaikum warokhmatullahi wabarokatuh. Salam Pramuka ..."

Catatan :Upacara penyalaan api unggun selesai, dilanjutkan dengan acara atraksi yang biasanya dipimpin oleh Pembawa Acara yang lain.

 

Teks MC Upacara Adat Api Unggun 

a.     MC: "Assalamualaikum warokhmatullahi wabarakatuh ..."

“Dengan mengucap Bismillahirrohmanirrohim, Upacara Adat Api unggun, Gudep 01.281, Ambalan Saifuddin Qutuz, Pangkalan SMAIT Assyifa Wanareja Siap Dilaksanakan”.

"Di malam yang hening dan sunyi, kita berkumpul membentuk lingkaran, mempererat rasa persaudaraan, agar rasa kasih sayang yang ada tetap terpatri di hati..."

"Kita sering kehilangan arah, agar kita tak tertusuk panah, maka kita perlu Pemimpin Upacara ..."

b.    MC : “Pemimpin upacara memasuki arena api unggun”

c.     MC : "Kapal sudah tertambat di dermaga makna, lalu kita lempar sauh agar mudah tuk berlabuh ..."

d.    MC : "Kami takkan bisa hidup sendiri, kami bisa berbuat untuk Gerakan Pramuka, tak kan sempurna bila kami tak dibantu Kakak Pembina ..."

e.     MC : "Pembina Upacara memasuki lapangan upacara”

f.      MC : "Penghormatan kepada Pembina upacara dipimpin oleh pemimpin upacara”

g.     MC : "Laporan pemimpin upacara kepada pembina upacara bahwa upacara adat api unggun siap dilaksanakan”

h.    MC: "Malam ini kita berkumpul untuk melaksanakan Upacara Api Unggun”

"Kita terkadang hanya bisa mengucapkan, namun sering kita tak menghayati”

"Apa lagi mengamalkan nilai-nilai yang ada dalam  Dasa Darma, cobalah renungkan”

"Bagaimana bisa kita menjadi panutan, sedangkan kita sendiri tak pernah berbuat..."

“Kita masuki acara pokok api unggun ini, dengan penyalaan obor utama, yang diikuti dengan api-api Dasa Darma ..."

i.       MC: “Petugas pembawa obor memasuki arena api unggun “

j.       MC : "Pembakaran Api Unggun diawali oleh Pembina Upacara"

k.    MC: "Api-api Dasa Darma Gugahlah hati kami, agar kami dapat menghayati dan mengamalkan nilai luhur Dasa Darma ..."

"Berilah kami semangat seperti kobaran Dasa Darma"

"Api semangat akan membakar, gairah mudahmu yang menggebu, tonggak telah terpancang, lanjutkan perjuangan ..."

"Tanpa kenal putus asa, kita akan mengatur langkah, membuka kata tanpa makna, tuk taklukan dunia fana ...:

"Kakak jangan tinggalkan kami, karena kami bukanlah apa-apa, banyak yang harus kami lakukan, tapi tanpa bimbinganmu tak ada yang dapat kami perbuat"

"Kakak ...  Kami masih butuh petuahmu, yang dapat menggugah kami untuk berbuat, untuk itu marilah kita dengarkan amanat pembina upacara”

l.       MC: “Amanat pembina upacara, pasukan di istirahatkan”

m.  MC: "Dikala suka terkadang kami lupa, dikala kami berduka selalu menyebut nama Mu..."

"Tuhan Bimbinglah kami agar tetap di jalan MU. Untuk itu marilah kita panjatkan doa”

n.    MC : “Pembacaan doa oleh petugas”

o.    MC: "Ada pertemuan ada perpisahan, ada awal ada akhirnya ..."

"Tapi kami ingin akhir dari acara api unggun ini, bukan akhir dari pengabdian kami pada Gerakan Pramuka"

"Kita telah melaksanakan acara pokok api unggun, dan untuk menandai berakhirnya acara ini, kita dengarkan laporan Pemimpin Upacara yang dilanjutkan dengan penghormatan kepada Pembina Upacara"

p.    MC : “Laporan pemimpin kepada Pembina Upacara bahwa upacara adat api unggun telah selesai”.

q.    MC : “penghormatan kepada pembina upacara dipimpin oleh pemimpin upacara”.

r.      MC: "Kakak pembina upacara dapat meninggalkan arena Api Unggun, namun kami masih mengharapkan kehadiran Kakak untuk tetap dalam lingkaran persaudaraan walaupun acara pokok telah selesai ..."

s.      MC: "Acara penyalaan api unggun telah selesai. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan limpahan taufik dan hidayah kepada kita semua. Amin ya robbal alamin. Terimakasih. Wassalamualaikum warokhmatullahi wabarokatuh. Salam Pramuka ..."


Naskah Doa Upacara Api Unggun

Assalamu’alaikum Wr, Wb.

A’uudzu billaahi minasysyaitoonir rojiim.

Bismillaahirrohmanirrohim.

Alhamdulillaahirobbil alamiin. Washsholaatu wassalaamu’alaa asrofil anbiyaa’i wal mursalin. Wa’alaa alihii wa ashabihii ajmaiin

 

Ya Allah, Dzat Yang Maha Pengampun

Ampunillah Dosa kami, Dosa Kedua Orang tua kami, Dosa Pemimpin pemimpin kami yang amanah dan dosa para pejuang kami yang telah berjuang demi kemakmuran, kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, bimbinglah kami menuju jalan yang lurus. Jauhkanlah kami dari benalu-benalu dunia, Sifat sombong, iri, dengki, angkuh dan egois

 

Ya Allah Yang Maha Kuasa

Malam ini kami berkumpul di sini, membentuk lingkaran persaudaraan, melaksanakan upacara api unggun kegiatan LAKUSAKUMBAN (Pelantikan dan Pengukuhan Satuan Pramuka Tingkat Bantara). Berikanlah kami taufik, hidayah dan kekuatan untuk mengemban amanah sebagai pembina tunas-tunas bangsa harapan bangsa, sehingga segala yang telah kami ikrarkan dapat terlaksana dengan baik. Agar semua yang telah kami lalui selalam ini membawa manfaat yang baik bagi kami, lingkungan sekitar kami, bangsa Indonesia Ini.

 

Ya Allah, ya Rahman, Ya Rahim

Jadikanlah Kami hamba-hamba-Mu yang mau bertaubat

Jadikanlah kami hamba-hamba-Mu yang pandai bersyukur atas segala nikmat yang telah engakau berikan kepada Kami.

 

Ya Allah Dzat penerima segala doa

Kabulkanlah do’a dan permohonan kami

 

Rabbanaa aatinaa Fiddun yaa hasanah, Wa fil aakirati hasanah,

Wa qinaa ‘adzaabannaar

 

Walhamdulillahi rabbil’aalamiin

Wasalamualaikum Warahnatullahi wabaratuh


 

JIWA MUDA

Oleh : Wijoyo Satrio 

Satu hari lagi dan semua kepenatan ini akan segera berakhir. Dinda (17) mahasiswa baru Kampus Biru mencoba menarik nafas dalam-dalam. Dari hari pertama sejak Orientasi Pengenalan Kampus dimulai Dinda sudah uring-uringan sendiri. Dia tak menyangka kalau begini rasa sebenarnya menjadi mahasiswa. Dia tidak pernah berencana untuk berteriak-teriak setiap hari ketika menjadi mahasiswa. Ingatan satu tahun lalupun terngiang kembali ketika dia masih berada dibangku SMA, dimana kesenangan dan kegembiraanlah yang selalu tercipta. Tidak ada fikiran sedikit pun untuk membicarakan politik yang carut-marut dinegeri ini. Jangankan politik, bicara tentang keadaan ekonomi yang adapun sungguh membuat dia dan teman-temannya malas. Namun sekarang tak dapat dihindarkan. Saat ini dia telah menjadi mahasiswa di Kampus Biru, lebih tepatnya mahasiswa Pendidikan Ekonomi. Dia telah dijejalkan pemikiran tentang keadaan negeri ini, dari politik sampai keadaan ekonomi mulai diperkenalkan kepada Dia.

Jam telah menunjukkan pukul 04.45 a.m, tinggal 15 menit lagi tersisa bagi Dinda untuk menyiapkan segala keperluan ospek hari terakhir ini.

“ini sungguh melelahkan” umpat Dinda kepada dirinya sendiri

“udah lah Din, kita nikmati aja. Saatnya nanti, ini semua juga pasti akan berakhir” ucap Andien menenangkan Dinda.

Andien adalah teman satu SMA Dinda, mereka berdua sama-sama mahasiswa baru Kampus Biru. Namun sayang, Andien masuk Fakultas Ilmu Sosial. Dia tak bisa selalu bersama-sama dengan Andien setiap waktu. Terlebih lagi bersama-sama dalam menjalani Ospek ini. Di hari terakhir ospek ini Dinda mencoba menyiapkan segala keperluan Ospeknya dengan hati-hati dan teliti. Dia mendikte apa saja keperluan yang harus dia bawa agar kejadian seperti Ospek pada hari-hari sebelumnya tidak terulang kembali. Dia sebenarnya enggan untuk mengingat kejadian hari yang lalu, kejadian dimana dia dibentak karena dia tak membawa perlengkapan sesuai instruksi kakak seniornya. Itu sungguh membuat dia marah dan geram dengan kakak seniornya.

“Kenapa toh harus ada bentak-bentak segala, orang tuaku aja gak pernah bentak-bentak aku seperti itu” keluh Dinda didalam hati.

Andien dan Dinda bersama-sama melangkah menuju fakultas masing-masing. Dinda merasa beruntung mempunyai teman yang sudah sangat dia kenal, Dinda tak merasa kesepian di tengah keramaian yang ditawarkan oleh kota yang baru diinjak olehnya ini. Karena, ya sudah pasti karena  ada Andien yang menemaninya. Sepuluh menit berlalu, Dinda dan Andien telah sampai dipersimpangan jalan, mereka harus segera berpisah. Andien berjalan menuju fakultasnya sedang Dinda gontai memandang Andien yang berjalan meninggalkannya, dia harap-harap cemas sambil melangkah menuju fakultasnya. Dinda memandang kedepan, dilihatnya sosok serba hitam berdiri di pintu gerbang fakultasnya.

                “Oooh Tuhan, ada nenek sihir berdiri disana” keluh Dinda

                “hei kamu yang disana, cepat lari. Sebentar lagi pintu gerbang akan kami tutup” bentak seseorang yang serba hitam tersebut

Dinda mempercepat langkahnya, dia berharap semoga tak terlambat seperti hari-hari sebelumnya. Dinda melewati orang berpakaian serba hitam yang berada di depan pintu gerbang fakultasnya. Dinda segera menuju ke lapangan dimana Ospek akan diadakan.

Jam sudah menunjukkan pukul 05.00 a.m, sebentar lagi upacara pembukaan akan segera dimulai. Dinda sudah cukup siap melewati hari ini, dibuktikan dengan ketenangannya dalam mengikuti upacara pembukaan. Seperti ospek hari-hari sebelumnya, setelah acara upacara pembukaan selalu diadakan pengecekan perlengkapan dan pengumpulan tugas yang harus diserahkan.

Eurika, begitulah kata-kata yang terlontar di hati Dinda. Sudah sampai sejauh ini belum ada sedikitpun kesalahan yang telah dia lakukan. Tak jauh berbeda dengan Dinda, teman-teman satu fakultasnya juga tidak ada yang berbuat kesalahan, semua membawa perlengkapan sesuai dengan yang diinstruksikan. Hal ini sangat berbeda dengan ospek pada hari-hari sebelumnya dimana banyak sekali yang melakukan kesalahan dan pelanggaran.

Hari ini benar-benar tidak seperti biasanya, semuanya berjalan menyenangkan. Bahkan ketika penyampaian materi semua peserta ospek mendengarkan dengan seksama, tak ada satupun yang ngobrol sendiri. Ada apakah gerangan, benarkah dalam tempo 4-5 hari sudah mampu merubah pola fikir mahasiswa baru ini.

                “Aah, sudahlah. Ngapain aku mikirin hal seperti ini, tidak ada gunanya” ucap Dinda didalam hati

***

Jam 12.00 a.m

Waktunya istirahat, Dinda bersama rekan-rekannya segera menunaikan ibadah. Setelah itu mereka segera menyantap makan siangnya masing-masing. Tak berbeda dengan Dinda, Andien yang berada di Fakultas Ilmu Sosial yang letaknya berada diseberang fakultasnya juga merasakan hal yang sama. Namun, tak seperti Dinda yang cuek dengan perubahan yang terjadi terhadap dia dan rekannya. Andien justru bertanya-tanya sendiri. Benarkah kami telah mengalami perubahan pola pikir, masa ia dalam waktu sesingkat ini.

Sebenarnya ada satu hal yang tak berubah seperti ospek di hari-hari sebelumnya, hal yang tak berubah adalah dimana mereka harus bernyanyi mendendangkan yel-yel kelompoknya masing-masing. Banyak orang yang menyayangkan hal ini, apakah benar semangat para mahasiswa bisa muncul dengan menyanyikan yel-yel. Tapi kenapa yang nampak hanya rasa membanggakan kelompoknya masing-masing, justru rasa saling ingin menang sendiri dan tak mau mengalahlah yang lebih dominan ketimbang rasa semangat.

Waktu semakin lama semakin bergulir, Dinda dan Andien saling menikmati kegiatan di fakultasnya masing-masing. Tak terasa sudah menginjak sesi penutupan acara. Sementara itu terlihat Ketua Panitia Ospek Fakultas Ekonomi naik ke podium, dia mengambil microfon yang terpasang ditempat penyangganya, dia mulai mengambil alih acara. Semua perhatian peserta ospek Fakultas Ekonomi tersedot kearah Ketua Panitia.

                “Teman-teman, sebelum memulai acara penutupan. Perkenankanlah saya selaku ketua panitia menyampaikan beberapa hal yang sekiranya nanti akan membuat kalian mengerti tentang apa arti sebenarnya dari kegiatan yang telah kita lakukan selama beberapa hari ini. Saya tahu, sejak awal diantara kalian pasti banyak yang menolak kegiatan ini. Bahkan saya tahu, banyak diantara kalian yang sengaja melakukan kesalahan untuk memancing kemarahan kami para senior. Tapi lupakanlah hal itu semua, yang terpenting sekarang adalah perubahan sikap kalian dari hari ke hari menunjukkan perubahan yang positif. Apakah diantara kalian tidak ada yang menyadari bahwasanya kami telah berhasil melaksanakan tugas kami untuk menanamkan bibit-bibit pemikiran kritis kepada kalian, untuk membuka lebar-lebar mata kalian terhadap setiap masalah yang ada di negeri ini. Tidakkah kalian menyadari sekarang, bahwa ini bukan hanya sekedar acara monumental atau perkenalan saja antara kalian dengan kampus maupun antara kalian dengan kakak-kakak senior”. Ketua panitia mencoba menarik nafas dalam-dalam dan menatap semua peserta ospek yang ada disitu

                “Ini adalah acara yang sengaja kami adakan guna mengajarkan nilai-nilai yang seharusnya kalian miliki sebagai mahasiswa baru. Ingatlah teman-temanku, kalian bukan lagi anak kecil. Tak akan ada yang memanjakan kalian disini. Kalian harus berusaha semaksimal mungkin. Percaya atau tidak, dengan kalian menjadi seorang mahasiswa berarti kalian telah menyetak kunci pintu kesukseskan kalian masing-masing. Semoga kalian tidak salah mendatangi tempat pencetakan kunci kesuksesan kalian tersebut” Ketua Panitia terlihat kepanasan terkena terpaan sinar matahari yang mencoba mengenai wajahnya

Dinda merenungi setiap kata-kata yang dilontarkan oleh Ketua Panitia Ospek tersebut. Apakah kata-kata yang dilontarkan Ketua Panitia tersebut sama dengan perasaan-perasaan yang tadi terlintas difikirannya. Mau tidak mau Dinda memang harus mengakui kalau ada perubahan yang cukup berarti setelah dia dan kawan-kawannya mengikuti acara Ospek yang singkat ini.

Hari semakin sore, Ketua Panitia juga sudah menyudahi perkataannya. Dinda bersama rekan-rekannya sekarang sedang makan bersama. Sebagai acara penutupan adalah saling curhat antar peserta ospek dengan pemandu kelompoknya masing-masing. Dinda terlihat sangat letih hari ini, selain letih fisik pada dasarnya psikis Dinda juga sangat letih. Banyak sekali energi yang harus dia curahkan untuk mengikuti ospek ini.

Senja telah datang dengan diiringi matahari yang kembali ke peraduannya. Semua peserta telah kembali berjalan melangkah ke kost masing-masing. Ada yang pulang dengan kendaraannya, tapi itu hanya beberapa bagi mereka yang jauh tempat tinggalnya. Dinda sudah sekitar lima menitan berdiri menunggu di depan pintu gerbang Fakultas Ilmu Sosial. Dinda menanti Andien untuk bersama-sama dengannya pulang. Andien terlihat berjalan dengan melambaikan tangan dan bibir tersungging di wajahnya. Dinda langsung menyambut Andien dengan senyum juga.

                “Benarkan, akhirnya berakhir juga” ucapan Andien kepada Dinda yang langsung membuat Dinda tersenyum kecut

                “ia, setelah beberapa hari akhirnya berakhir juga” ucap Dinda membalas ucapan Andien

                “mudah-mudahan kita tidak merindukan masa-masa seperti ini ya” celoteh Andien

                “sudah pasti lah, ngapain merindukan sesuatu yang menyakitkan. Sudah tidak ada ruang di hatiku untuk merindukan hal-hal yang semacam ini” Dinda berusaha menyakinkan Andien

                “hati-hati looh, lihat aja nanti. Awas kalau suatu hari nanti kamu bilang rindu dengan masa-masa seperti ini”

                “tenang saja, itu sesuatu yang sangat mustahil” ucap Dinda

 

 

***

Setidaknya itulah hal-hal yang dapat diingat oleh Dinda tentang kejadian satu tahun yang lalu. Dinda mencoba membuka fikiran dan mencoba menguak kenangan yang ada didalamnya.

                “Dinda, ngapain sie dari tadi ngelamun terus” ucap Andien membangunkan lamunan Dinda

                “Aah kamu ganggu aja, ini ni aku mencoba mengingat-ngingat masa-masa ospek dulu. Aku jadi ketawa-ketawa sendiri ketika mengingat saat dimana aku dimarahi sama kakak senior”

                “Sudah sadar, katanya mau ada rapat. Cepat gih mandi. Mumpung gak ada yang makai kamar mandinya” ucap Andien mengingatkan Dinda

                “ooh iya, hari ini kan ada rapat perdana panitia ospek. Malu dong kalau aku harus terlambat” ucap Dinda seketika

                “Huuuh, dasar ketua gadungan. Jelas ajalah malu, masa pada rapat perdana seorang Ketua Panitia Ospek Fakultas terlambat” ucap Andien

                “Tenang aja, pokoknya gak akan sia-sia mereka memilih saya jadi Ketua
Panitia Ospek Fakultas. Saya akan buktikan kalau saya bisa”

                “Halaaah, ketahuan sekarang siapa yang terkena sindrom ospek”

                “Maksud kamu?” sergah Dinda sebelum melanjutkan berjalan kearah kamar mandi yang letaknya persis di sebelah kamar Andien dan Dinda.

                “Yailah, coba kamu jawab. Apa yang menjadi alasan kamu menjadi Ketua Panitia Ospek Fakultas. Pasti gara-gara kamu merindukan masa-masa yang dulu kan”

                “ngaco kamu, alasan ku itu simpel. Aku cuman ingin mereka para maba-maba itu bisa mempunyai pemikiran yang kritis dan mampu berpartisipasi aktif dalam kehidupan bernegara kelak”

                “halaah, pẻres kamu. Palingan juga cuman pingin mengulang masa-masa yang lalu. Kemakan ucapan kamu sendiri kan akhirnya”

Dinda berlalu ke kamar mandi dengan tersenyum kecil

                “ternyata tidak sia-sia ospek tahun lalu. Dinda yang dulu sama sekali tak mau berkecimpung didalam keorganisasian sekarang malah menjadi salah satu pengurus BEM. Sungguh melegakan melihat hal ini” ucap Andien sendiri

Gubrak, pintu kamar terbuka muncullah wajah Dinda seketika

                “ekh ndien, lah fakultasmu kapan rapat ospeknya” tanya Dinda yang langsung membuat Andien geleng-gelang sendiri

                “kamu itu loh, bikin kaget aja. Tak kira udah mulai mandi”

                “ayo, jawab kapan?”

                “tenang aja, aku sudah mengagendakan semuanya” jawab Andien dengan senyum

                “ayolah, gak ada salahnya kita saling bersinergi antar sesama Ketua Panitia Ospek Fakultas”

                “sinergitas atau cuman mau menyontek ide konsep ospek fakultasku”

                “hahahahahahhaha” seketika mereka tertawa bersama-sama

Bangga Dengan tugasmu

Oleh : Wijoyo Satrio


Pukul 11:00 Siang Hari

“Panas sekali rasanya, kulit serasa melepuh”

“udah wo, panas segini belum ada apa-apanya. Kamu belum pernah ke Kampus Wanareja ya, coba kesana dulu. Kamu bakal tau arti panas yang sebenarnya” celetuk Hendra kepada Bowo

Hendra dan Bowo. Dua orang yang telah bersahabat sejak zaman SMA dulu, dan ketika kerja pun mereka tetap bersahabat. Mereka bekerja di tempat yang sama, di Yayasan Assyifa Al Khoeriyyah Subang. Pertemanan mereka semakin erat karena mereka tinggal bersama dalam satu rumah dinas (rumdis) yang sama.

“lah ini gimana gak panas wo, jam 11 siang gini depan kita kompor segede gaban”.  Celetuk salah seorang pegawai disamping Bowo yang sedari tadi masih ngaduk-ngaduk sop ayam

“betul tuh, kang Dirman emang TOP dah, selalu dukung saya”.

“udah, udah, stop bicaranya. Sebentar lagi waktunya makan siang. Jangan sampe karena ngobrol jadi telat matang masakannya”

“siap ndan, ayok.ayok kerja lagi kerja lagi” kompak seru para staff di dapur

“ssst, ssst, wo sini wo, saya kasih tahu sesuatu”.

“apaan si ndra, kerja ndra kerja. Ngapain bisik-bisik. Kena semprot boss Dadan lagi kapok kamu”.

“yaelah, ini masalah penting”.

“inget gak kemarin malem kita diskusiin tentang kasus beberapa murid yang kena maag dan tifus?”

“kenapa emang?”

“denger-denger itu karena mereka pas malem pada gak mau makan wo, katanya menu malem masakannya gak enak-enak”.

“lah, yang masak shift malem kan elu trus wo” sambung kang Dirman yang ikut nimbrung pembicaraan Bowo dan Hendra

Deg, shock Bowo denger kabar tersebut.

“waduh, bakal ketiban sial ni kalo saya yang jadi tertuduh penyebab murid-murid pada sakit” batin Bowo

Sudah hampir sebulan ini Bowo yang bertanggung jawab memasak untuk shift malam. Teman-teman lainnya mempercayakan kepada Bowo untuk shift malam karena memang Bowo yang memintanya sendiri. Dan teman-teman lainnya pun langsung setuju pas Bowo minta masak di shift malam.

Dari Siang sampai sore hari Bowo masih kepikiran dengan hal tadi. Bowo benar-benar ketakutan. Bowo takut disuruh tanggung jawab dengan membayar semua biaya rumah sakit. Pusing kepala Bowo, uang dari mana ini.

Karena masalah murid yang sakit sebab tidak mau makan benar-benar membuat Bowo kefikiran hingga tidak bisa tidur. Sudah 6 hari ini Bowo ijin tidak masuk kerja dengan alasan tidak enak badan.

“Mana Bowo, panggil kesini dia” celetuk pak Dadan kepada semua staff dapur yang ada di bawah tanggungjawabnya.

“Bowo masih belum masuk pak, gak enak badan katanya”

“yasudah, nanti kalo kamu pulang ke rumdis, bilangin ke Bowo, Bowo dipanggil HRD”

“ya pak”

“Wah, ada apa ini, tumben-tumben Bowo dicariin HRD.  Mau dipecat kali yak” diskusi terjadi diantara staff dapur.

“bentar deh, saya ke rumdis bentar, nyampein kabar ini. Kasian Bowo kalo belum tau. Nanti dikiranya Bowo ngindarin HRD” celetuk Hendra kepada yang lainnya

Sesampainya di Rumdis

“wo, wo, bowo bangun wo, tidur terus kamu”

“kenapa si ndra, aku kan lagi gak enak badan. Harus istirahat ini”

“ada berita penting ini. Kamu dipanggil HRD wo”

Deg, Shock lagi si Bowo. Hampir-hampir copot jantung si Bowo. Seumur-umur Bowo belum pernah berurusan dengan pihak HRD. Bahkan jaman sekolah dulu pun, Bowo gak pernah terlibat persoalan apapun yang sampai menyebabkan dia dipanggil pihak sekolah. Ini pertama kalinya nya dia dipanggil. Takut dia.

“waduh, gawat ini. Pecat ini mah ujungnya”

“huss, ngomong apa kamu wo. Belum tentu wo. Sana cepet ke HRD, masih sempet seharusnya sekarang”

“aku belum mandi dari pagi ndra, gimna ya?”

“yasudah, mandi gih, dasar”.

Dengan buru-buru Bowo mendatangi kantor HRD

“udah ya wo, aku nganter sampe sini aja, aku balik dapur lagi”

“iya ndra, doain yah”

Kantor HRD

“Tok.Tok.Tok Assalamualaikum”

“waalaiku m salam, oh Bowo. Sini masuk Bowo, duduk”.

“iya pak, permisi ya pak, saya duduk ya pak”.

Perasaan cemas dan bingung terpancar di wajah Bowo. Pak Mulyadi selaku kepala HRD jelas memahami hal ini. Pak Mulyadi sudah sangat terbiasa membaca gesture dan mimik seseorang.

“hmm, begini pak Bowo. Apakah pak Bowo tau kenapa saya panggil? Coba menurut pak Bowo ini perihal masalah apa? Saya sudah banyak dapat laporan ini, saya kira lebih baik pak Bowo jujur saja, karena ini menyangkut keberlangsungan kita bersama”

Deg, jantung berdegup kencang. Kalut pikiran Bowo. “wah, bener ni kayaknya. Bakal dipecat  ni bau-baunya” batin Bowo dalam hati

“maaf pak, semua ini memang salah saya, saya yang masak pak untuk shift malam. Ampun pak, saya gak punya uang buat ganti biaya rumah sakit. Kasih saya keringanan pak”. Rengek Bowo pada pak Mulyadi

“maksudmu? Keringanan? Keringanan apa ya Bowo?”

“jangan pak, jangan pecat saya pak. Kasih saya keringanan” rengek Bowo lagi

Bingung sekarang tergambar di wajah pak Mulyadi. “kenapa ni anak, kenapa tiba-tiba minta jangan dipecat. Sepertinya ada hal yang aneh”. Batin pak Mulyadi

“yasudah Bowo, sini ceritakan, kenapa ini? Ada apa ini?”. Tanya pak Mulyadi

“maaf pak, banyak murid yang terkena sakit maag dan tifus karna selama beberapa bulan ini mereka tidak mau makan. Saya sudah mencoba memasak sebisa saya pak. Saya juga sudah mencicipi masakan saya, saya kira lezat. Saya gak tau kalo selera murid tidak cocok dengan masakan saya”.

“Hahahahahaha... Bowo.Bowo.. “ tawa pak Mulyadi diselingi dengan geleng-geleng kepala

“lah, bapak kok malah tertawa, saya sedang buat pengakuan dosa pak. Maafkan saya pak. Jangan suruh saya untuk tanggung jawab”.

“bentar-bentar Bowo, saya harus luruskan dulu. Sepertinya ada kesalahpahaman. Begini wo, saya memanggil kamu kesini karena justru saya ingin memberi apresiasi kepada kamu wo”.

“eh???” heran Bowo mendengar perkataan pak Mulyadi

“begini Bowo, bener setiap malam selama sebulan ini kamu terus yang selalu masak?”

“iya pak betul”.

“syukur kalo begitu, begini wo. Kedepan kalo masak jangan terlalu enak ya. Saya mendapat laporan kalo selama sebulan ini banyak murid yang berebut makan pas malam hari. Dan banyak murid yang mengambil jatah diluar jatah yang seharusnya, akibatnya ada beberapa murid yang memang tidak kebagian, dan seperti yang kita ketahui bersama. Banyak diantara mereka terkena maag dan ada beberapa yang tifus juga. Memang susah kan disini kalo nyari makan malam-malam. Akibatnya merek memilih kelaparan di malam hari”.

“ehhhhhh?”. Melongo Bowo mendengar pernyataan pak Mulyadi tersebut

“Hahaha,,, dan saya memanggil kamu kesini juga bukan untuk mecat kamu Bowo, justru saya ingin memberi tugas dan tanggung jawab tambahan kepada kamu”

“apa itu pak?”

“jadi begini, nanti kamu akan diberi tanggung jawab sebagai quality control setiap masakan. Dan kami ingin kamu memberi pelatihan mengenai cita rasa kepada staff dapur yang lainnya”

“tugas saya tambah banyak dong pak?”

“tenang Bowo, nanti ada intensif lebih untuk kamu. Gimana? Apa kamu mau?”

“masyaAlloh, alhamdulillah. Iya pak, iya, saya mau deh pak”.

“syukur kalo begitu”.

Dari awal hingga akhir bowo selalu menunduk ketika berbicara dengan pak Mulyadi, Bowo merasa enggan untuk mendongak ketika berbicara.

“uia Bowo, kedepan, ketika kita berbicara, kamu tidak perlu menundukkan wajahmu, angkat saja wajahmu”.

“maaf pak, saya enggak enak, takut gak sopan, bapak kan kepala HRD, jabatan penting”.

“kamu juga punya jabatan penting Bowo, kamu dan rekan-rekanmu didapur punya andil besar dalam kelangsungan pembelajaran dan aktivitas di yayasan kita’

“tidak sebesar itu pak, kami hanya team supporting

“semua unit itu punya andil yang besar Bowo, penting sekali agar masing-masing unit dapat menjalankan tugasnya. Bisa kamu bayangkan Bowo, jika pegawai dapur mogok kerja selama seminggu saja. Kacau nanti semua aktivitas kita, begitu juga tim supporting yang lain, kebersihan, driver dan lain sebagainya. Semua unit penting dan puya andil dalam kemajuan yayasan kita. Saya kira kamu harus bangga untuk itu Bowo”.

“saya tidak kepikiran sampai sejauh itu pak”.

“ya begitulah Bowo. Apakah kamu tau Bowo, dengan masakan yang kamu dan teman-teman dapur masak, para murid jadi memiliki tenaga untuk menghafal ayat-ayat suci, kami semua juga sama. Mempermudah kami dalam menjalankan amanah kami dalam kerja dan tentu dalam ibadah juga”.

“bisa kamu bayangkan Bowo, berapa banyak bagian pahala yang kamu dan tim dapurmu peroleh?”

“masyaAlloh, saya tidak pernah memikirkan itu pak, sepertinya banyak”.

“untuk itu berbanggalah Bowo, tidak perlu menunduk lagi nanti ya pas ketemu atau ngobrol dengan saya. Atau dengan unit lainnya”.

“wah, siap pak.”

“ya bagus-bagus. Silahkan balik lagi ketempatmu Bowo”

Bowo keluar dari ruang HRD dengan wajah sumringah. Hari itu berakhir dengan baik, untuk semua orang.

“eh bowo, tunggu sebentar, ada yang kelupaan. Masalah kamu ijin seminggu ini. Lama sekali ini”. Panggil pak Mulyadi seketika

“waduh, lupa saya, sudah seminggu ini saya hanya di rumdis, saking takutnya suruh bayar uang rumah sakit. Wah, kalo begini, beneran bisa dipecat ini gara-gara seminggu gak masuk kerja”. Batin bowo dalam hati

Masuk lagi bowo ke dalam ruang HRD. Satu kata dari pak Mulyadi, besok-besok harus berani menghadapi masalah ya, jangan ngumpet.

“ya pak” teriak Bowo dengan sumringah. SELESAI.